Pengantar ke jalan ILMU & PENGETAHUAN
Penyusun : Sutan Muhammad Haris Jambak
”Sudah lama naskah ini terpendam.
Malahan disangka hilang bersama-sama dengan naskah-naskah lainnya yang
dahulu tertinggal di Neira waktu saya cepat-cepat dipindahkan ke tempat
interniran baru di Sukabumi (Pebruari 1942)
Tatkala tentara Belanda
menyerbu ke Yogyakarta dan Kaliurang (Desember 1948), sebagian besar
dari perpustakaan saya yang baru saja dikembalikan dari Banda Neira jadi
musnah dan lenyap. Di antaranya berbagai naskah tersebut, buah pikiran
dan hasil studi enam tahun dalam pengasingan (1936-1942). Siapa dapat
menduga naskah pelajaran ini akan muncul kembali?”
Waktu saya
mengadakan tournee ke daerah Maluku dalam tahun 1951 dan singgah di
pulau Neira, datang seorang sahabat lama memberikan satu kumpulan
tulisan tik serta tembusan-tembusan yang disimpannya selama itu.
Diantara berpuluh-puluh lembar kertas bertulis yang telah kacau-balau
dan bercampur aduk itu, setelah disusun kembali dengan bersusah payah,
terdapatlah tembusan pelajaran “Ilmu dan pengetahuan”.
Dengan
terdapatnya kembali naskah itu, dapatlah dipenuhi kehendak kawan-kawan
dan murid-murid saya dahulu supaya bahan pelajaran yang lama itu
diterbitkan sebagai buku.
(Kata Pengantar cetakan pertama bukunya
‘pengantar ke jalan ILMU & PENGETAHUAN’ oleh : Muhammad Hatta,
wakil presiden pertama RI dan proklamator RI)
=========================================================
PENGETAHUAN DAN ILMU
Ada
beberapa jalan untuk mencapai pengetahuan. Dengan mendengarkan cerita
orang tua-tua, dengan pengalaman sendiri dan dengan jalan keterangan.
* Pengetahuan yang didapat dari cerita orang tua-tua bukan pengetahuan yang sah, sebelum ternyata bukti-buktinya.
*
Pengetahuan yang didapat dari pengalaman ada berdasar kepada kenyataan
yang pasti. Tetapi derajat kebenarannya bergantung akan benar atau
khilafnya penglihatan kita.
* Pengetahuan yang didapat dengan
keterangan memberi dasar yang kokoh akan pengetahuan kita. Di sini kita
mencari kebenaran dengan akal dan pikiran.
Perbedaan antara sifat
pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan sifat pengetahuan yang
didapat dari keterangan, saya ambil missal dibawah ini :
Seorang tani
yang bertahun-tahun mengerjakan sawahnya atau ladangnya, tahu akan
keperluan satu-satunya tanaman. Ia tahu pula pengaruh musim hujan atau
musim panas atas tanaman-tanamannya. Ia ketahui, apabila waktu yang baik
buat bercocok tanam apabila musim turun ke sawah. Kesemuanya itu
diketahuinya karena pengalaman. Pengalaman orang dulu-duu dan
pengalamannya sendiri.
Seorang ahli ilmu tumbuh-tumbuhan tidak
banyak mempunyai pengalaman sendiri, tetapi ia dapat mengetahui sifat
satu-satunya tanaman. Dari pada beberapa tanda-tanda yang dilihatnya
dapat dicarinya keterangan tentang keperluan tanaman-tanaman berhubung
dengan tanah dan udara serta zat makanannya.
* Orang yang mengetahui sesuatunya karena pengalaman menjadikan pengalamannya itu sebagai pedoman.
*
Orang yang biasa memikirkan sesuatu hal yang dilihatnya, tidak puas
dengan kenyataan itu saja. Ia cari keterangan tentang bagaimana duduknya
dan apa sebabnya.
Orang yang tidak bersekolah tahu juga, bahwa
setiap batu yang dilepaskan dari tangan jatuh ke bumi dan setengah dari
pada bulu terbang ke atas. Pengalaman memberi ia pengetahuan, bahwa batu
jatuh karena beratnya dan bulu terbang karena ringannya.
Tetapi
dimanakah batas ringan dan berat? Tentang ini orang yang berpengetahuan
karena pengalaman saja tidak dapat memberi jawaban yang benar. Pesawat
terbang berat, apa sebabnya ia bisa terbang? Orang yang tak mau berpikir
teratur, barangkali mudahnya menjawab : “karena ada mesinnya”. Jawaban
ini didasarkan pada penglihatan, bahwa pesawat terbang ini hanya naik,
kalau mesinnya hidup. Tapi kalau ditanya lagi: lokomotif (kereta api)
dan oto (mobil) mempunyai mesin juga, apa sebab ia tidak bisa terbang
?....orang tadi memutar jawabannya dengan mengatakan :”karena tidak ada
sayapnya”. Dan ia ragu kembali kalau kita terus bertanya : Pakaikan
sayap pada lokomotif atau auto, dapatkah ia terbang? Disini habis
akalnya. Ia tahu bahwa lokomotif atau auto, sekalipun diberi sayap,
tidak dapat terbang, tetapi ia tak tahu memberikan keterangan. Tentang
keterangannya sendiri, setiap kali berlainan dasarnya, tidak teratur
dari pada yang satu.
Seorang pelajar ilmu alam mudah memberi
keterangan, apa sebab sebuah batu di udara jika dilepaskan jatuh ke
bawah dan apa sebab bulu “jatuh” ke atas. Katanya barang barang yang
lebih berat dari udara jika dilepaskan jatuh kebawah; dan barang yang
lebih ringan dari udara naik keatas. Dan ia dapat menyatakan, bahwa
sesuatu barang jatuh atau naik bergantung pada perhubungan beratnya
dengan berat udara. Berat udara yang menjadi ukuran berat atau ringan,
dan berat udara itu bergantung pula akan padat atau kembangnya. Tentang
pesawat terbang yang lebih berat dari pada udara tetapi naik keatas, ia
dapat menerangkan sebabnya. Naiknya itu disebabkan oleh
tenaga-pengangkat yang ditimbulkan dari udara itu sendiri. Apabila
baling-balingnya (propeller) berputar dan meniup udara kebelakang,
pesawat terbang itu maju kemuka dan sayapnya membelah udara. Berhubung
denganbentuk dan duduk sayap itu, desakan ke atas daripada udara yang
terpencar di bawahnya lebih besar daripada tekanan ke bawah daripada
udara diatasnya. Karena itu timbullah tenaga pengangkat yang membawa
naik pesawat terbang itu, Makin cepat jalan pesawat terbang tadi, makin
besar tenaga pengangkat itu. Sungguhpun konstruksi kapal terbang yang
paling akhir berlainan daripada yang tersebut (tidak pakai propeller),
tenaga yang membawa ia maju dan naik berdasar prinsip yang sama.
Orang-orang yang mendapat pengetahuan dari pengalaman saja, memandang pengetahuannya itu sebagai pemberian.
Bagi orang yang mencari keterangan daripada pengalaman yang diketahuinya, pengetahuannya itu menjadi soal.
* Pengetahuan yang didapat dari pengalaman disebut “pengetahuan pengalaman” atau ringkasnya pengetahuan.
* Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut ilmu.
Tiap-tiap
ilmu mesti bersendi akan pengetahuan. Pengetahuan adalah tangga pertama
bagi ilmu untuk mencari keteranga lebih lanjut. Orang ketahui dahulu
sesuatu masalah, barulah orang memikirkan perhubungan sebab dan
akibatnya, dan maksud ilmu juga memberi keterangan tentang masalah yang
ada itu.
Tidak ada yang terjadi dengan tidak bersebab. Sebab itu ilmu
dalam segala keterangannya senantiasa mengemukakan syarat :”kalau yang
selainnya tidak berubah”. Syarat itu biasa disebut dengan perkataan
latin : “ceteris paribus”. Pendeknya keteranga ilmu sebenarnya begini
duduknya : kalau begini jadinya, begitu kelanjutannya (akibatnya), asal
saja yang selainnya tidak berubah.
Marilah kita jelaskan hal ini
dengan perumpamaan tadi, bahwa tiap-tiap barang yang lebih berat dari
pada udara, jika dilepas, jatuh kebawah. Ini disebut hokum jatuh. Hukum
dalam ilmu artinya keterangan tentang kemestian. Tetapi tidak segala
keterangan ilmu bernama hukum. Keterangan ilmu bernama hukum, kalau yang
disebutkan itu berlaku dimana-mana dan setiap waktu. Hukum itu sifatnya
baka. “Tijdloos” dalam peribahasa Belanda. Demikian juga hukum jatuh
bersifat baka.
Kalau sekarang pesawat terbang yang lebih berat dari
pada udara naik ke atas, ini bukan menyatakan, bahwa hukum itu tidak
benar. Kalau hukum jatuh tidak tampak berlaku terhadap pesawat terbang
tadi, ini sebabnya karena kerjanya dibatalkan oleh gerak tundaan ke
atas. Di mana tundaan ke atas lebih kuat dorongannya, maka hukum jatuh
tidak bekerja rupanya. Ini tidak menyatakan bahwa ia tidak berlaku.
Sebab manakala mesin pesawat terbang itu yang menimbulkan tundaan keatas
berhenti bekerja, maka dengan sekejap mata pesawat terbang yang di
udara itu jatuh ke bumi, sebab….ia lebih berat dari pada udara. Hukum
jatuh berlaku dengan sepenuh-penuhnya.
Inilah satu tanda, bahwa suatu hukum tidak hilang kepastiannya, kalau pada suatu ketika tidak kelihatan kerjanya (buktinya).
Dengan
keterangan di atas cukuplah diketahui bahwa tabiat ilmu yaitu mencari
keterangan tentang kedudukan sesuatu hal atau masalah berhubungan dengan
sebab dan akibatnya. Sebab itu ilmu adalah satu pengetahuan yang
teratur dari hal pekerjaan hukum sebab akibat. Persangkutan sebab akibat
itu disebut juga “Kausalita”. Sebab itu hukum sebab dan akibat disebut
juga hukum kausal. Keterangan itu mesti teratur dari pokok yang satu,
barulah keterangan itu disebut keterangan ilmu, satu hukum kausal.
Perhubungan
pengalaman baru menjadi pengetahuan ilmu, apabila pengetahuan itu
disertai dengan pengertian tentang kerja hukum Kausal pada masalah yang
dialami itu.
Satu kejadian sering disebut orang masalah. Akan tetapi
tidak semua kejadian atau keadaan bernama masalah. Masalah ialah
kejadian atau keadaan yang menimbulkan pertanyaan dalam hati tentang
kedudukannya.
Masalah berhubungan dengan ilmu. Masalah menimbulkan
soal, yang harus diterangkan oleh ilmu. Ilmu senantiasa mengemukakan
pertanyaan : bagaimana (duduknya) dan apa sebabnya.
Dari bagian
pertama buku pengantar ke jalan ILMU & PENGETAHUAN dapat kita
simpulkan bahwa Ilmu menurut Muhammad Hatta ilmu adalah satu pengetahuan
yang teratur dari hal pekerjaan hukum sebab akibat.
Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu.
AL-QUR’AN SATU ILMU
Kata
Ilmu bukan berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa
Arabiyyan yang ada dalam Al-Qur’an. Dalam bahasa Inggris kita mengenal
dengan istilah science. Pada awalnya istilah Ilmu itu ditulis dari
kanan ke kiri, tapi setelah di-Indonesiakan maka ditulis dari kiri
kekanan.
Pertanyaan mendasar adalah apakah pengambilan istilah Ilmu
dari Al-Qur’an menjadi bahasa Indonesia juga bersama dengan makna
sebenarnya yang terkandung dalam Al-Qur’an?
Tantangan yang diajukan
oleh Ilmu Pengetahuan Barat adalah bahwa ilmu itu ialah rangkaian
keterangan tentang pakta yang berlaku menurut syarat-syarat tertentu
“ceteris paribus”.
Lawan dari pada Ilmu ialah dongeng, yaitu
rangkaian keterangan yang teratur tapi tidak didukung oleh pakta seperti
buku-buku piksi yang banyak dijual di Toko-Toko Buku.
Selain itu
Ilmu menurut Arab adalah cahaya di dalam hati. “Al-‘Ilmu Nurun fil
qalbi. Disini tidak ada syarat apakah ada pakta atau tidak, sehingga
orang berilmu itu orang yang hatinya selalu memancarkan cahaya.
Kalau kita mau jujur rumusan ini mirip dengan Idealisme Plato hanya dibungkus dengan bahasa Arab.
Untuk
menjawab semua itu, Alah telah mengajarkan kepada Nabi Muhammad seperti
tersebut dalam surat Ar-Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 10 sebagai
berikut :
1) AR-RAHMAN
Istilah Ar-Rahman
2) ‘AL-LAMAL-QUR’AAN
Dia Allah yang telah mengajarkan satu Ilmu yang bernama Al-Qur’an.
Ini
adalah keterangan dari Allah yang sudah dijamin oleh Allah tentang
isinya tidak diragukan lagi kebenarannya. Jikalau kita hubungkan dari
konsep Ilmu menurut Muhammad Hatta, bahwa Pengetahuan yang didapat
dengan jalan keterangan disebut Ilmu, ternyata ada perbedaan mendasar
antara Ilmu hasil pengamatan manusia dengan Ilmu hasil ajaran dari Alah.
Ilmu hasil pengamatan manusia hanya berlaku apabila syarat-syarat
tertentu terpenuhi. Jikalau syarat-syaratnya tidak terpenuhi maka Ilmu
tersebut dinyatakan batal dan tidak dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiyah. Hal ini berbeda dengan Keterangan dari Allah, dimana manusia
dipersilahkan melakukan pengamatan terhadap apa yang telah diwahyukan
itu, adakah berubah-ubah atau berlaku tetap sepanjang masa.
Muhammad
Hatta mengakui dengan sendirinya bahwa hukum alam berlaku baqa. Hanya
disini tidak diuraikan oleh Muhammad Hatta, siapa yang telah menciptakan
hokum alam itu?
3) KHALAQAL INSAN
“Dia Allah yang telah mencipta manusia”
Keterangan
bahwa Allah, Tuhan segala manusia adalah Pencipta manusia, tidak
mendapat tanggapan dari para Ilmuan, dan mereka menganggap bahwa wahyu
itu bersifat Mistik, karena sumbernya bukan dari manusia. Tapi aneh juga
kenapa para filosof Yunani yang sudah meninggal dunia berabad-abad yang
lalu ternyata masih laku sebagai konsep hidup untuk dipelajari,
sedangkan Al-Qur’an sebagai satu Ilmu dan sudah terbukti bisa
dipraktekkan oleh Nabi dan para sahabatnya untuk kemakmuran manusia,
ternyata dianggap sebagai Mistik?
4) ‘AL-LAMAHUL BAYAAN
Dia Alah yang telah mengajarkan Satu Ilmu menjadi rangkain keterangan
Disini
Allah menegaskan bahwa Ilmu yang diajarkan kepada manusia itu adalah
“Al-Bayaan” yaitu rangkaian keterangan yang teratur tentang fakta”.
5) ASY-SYAMSU WAL-QAMARU BIHUSBAAN
“Yaitu tentang matahari dan satelit-sateitnya itu adalah menurut satu asas matematik tiada tandingan”.
6) WAN-NAJMU WASY-SYAJARU YASJUDAAN
“Yakni
bintang kemintang selaku peristiwa organis dan tumbuh-tumbuhan sebagai
satu kejadian biologis keduanya tunduk pada asas yang demikian”
7) WAS-SAMAA-A RAFA’AHAA WAWADHA’AL MIIZAAN
“Yaitu
seperti halnya semesta angkasa (termasuk bumi ini), DIA (Allah) Yang
membangun dan mengujudkan menurut satu asas kesetimbangan (Begitulah
Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul ini untuk kebudayaan peradaban)”
Empat
ayat ini adalah petunjuk dari Allah, bahwa Ilmu yang diajarkan kepada
manusia itu meliputi hukum alam secara umum, sekali-gus sebagai ungkapan
untuk memberi petunjuk bahwa jika ingin membangun kebudayaan NUR
menurut Sunah Rasul yang dapat memenangkan hidup ini haruslah seperti
kesetimbangan alam ciptaan Tuhan.
8) AL-LAA TATHGHAU FIL MIIZAAN
“Hendaknya kalian jangan mengaduk-aduk satu asas kehidupan setimbang”
Pada
ayat delapan ini Allah menghimbau jangan kalian pincangkan hidup ini
dengan perbuatan-perbuatan yang merusak kehidupan. Tetapi rupanya
himbauan ini tidak pernah digubris oleh kebanyakan orang, mereka malah
berlomba untuk memincangkan asas kesetimbangan itu dengan berbagai macam
alasan.
9) WA-AQIIMUL WAZNA BIL-QISTHI WALAA TUKHSIRUL MIIZAAN
“Maka
bangunkanlah kehidupan kalian dengan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul
dengan setepat-tepatnya, dan janganlah kalian pincangkan asas
kesetimbangan dengan pilihan Dzulumat menurut Sunnah Syaithaan”
10) WAL ARDHA WADHA’AHAA LIL ANAM
“Yaitu Bumi, Dia (Allah) fungsikan untuk mahluk sekalian”
Kesimpulan
yang dapat kita tarik dari uraian diatas ialah bahwa : Ilmu menurut
Allah ialah ”Rangkaian keterangan teratur dari Allah menurut Sunnah
Rasul-Nya terhadap semesta kenyataan yang tergantung pada Kepastian
Allah”.
Sedangkan Ilmu Pengetahuan yang bersumber dari Barat ialah : “Rangkaian keterangan yang didukung oleh fakta.
Sedangkan
Imu menurut Bangsa Arab ialah “Al-Ilmu Nuurun filqalbi” yang artinya
Ilmu itu ialah pancaran dari dalam hati, merupakan pandangan Idealisme
Plato yang telah mempengaruhi dunia Islam seutuhnya.
Pertanyaan pun timbul, mana duluan Ilmu dari Allah atau Ilmu pengetahuan hasul pengamatan manusia?
Disini
Allah menjawab bahwa semua ungkapan mereka itu tiada lain kecuali hasil
nyolong Ilmu dari para Nabi-Nabi terdahulu kemudian diputar balik
menjadi penemuan dia.
Sbagai contoh, dalam bukunya Muhammad Hatta
dikatakan bahwa pada tahun 1507 Copernikus yang menghidupkan kembali
ajaran orang Yunani di zaman purbakala, yang mengatakan bahwa bukan
matahari yang berputar mengelilingi bumi, melainkan Bumi yang berputar
dan mengedari matahari.
Allah berfirman pada surat Yasin ayat 38 :
WASY-SYAMSU TAJRIY LIMUSTAQAARIN LAHAA DZAALIKA TAQDIIRUL ‘AZIIZIL ‘ALIIM
“Dan
Matahari itu berputar tetap pada sumbunya, itulah kepastian dari Allah
menurut Ilmu-Nya yang memeliki nilai-nilai tiada tanding”.
Disini
jelas bahwa para ahli-kitab yang terdiri dari Yahudi dan Nashara,
mereka sebenarnya tahu tentang isi Al-Qur’an ini, tapi mereka pura-pura
tidak mengetahuinya sebagai mana yang dikatakan oleh Allah, “Mereka para
ahli-Kitab itu mengetahui Al-Qur’an seperti ayah mengetahui anaknya”
Sampai
disini tentunya kita dapat melihat, bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk
untuk mendapatkan Ilmu tentang sesuatu, dalam perjalanan sejarah telah
berhasil disingkirkan oleh manusia, Al-Qur’an dijadikan hanya sebagai
bacaan untuk mencari fahala semata, untuk diperlombakan dengan Musabaqah
Al-Qur’an setiap tahunnya guna mendapatkan piala kehormatan dan bukan
untuk pedoman hidup guna mengolah alam ciptaan Allah ini dengan satu
asas kesetimbangan.
Umat Islam apa lagi yang di Palestina sedang
digempur oleh Zionis, jika tidak cepat kembali mendapatkan Ilmu Allah
yang sebenarnya dari Al-Qur’an, maka kita ini bagaikan buih di ombak
memantai, jumlahnya banyak tapi kwalitasnya rapuh sehingga sulit
diharapkan untuk tampil sebagai Khalifah yang menguasai dunia yang adil
bagi seluruh mahluk.
Kawan, didalam Al-Qur’an menurut Sunnah
Rasul ini secara prinsip sudah lengkap, kalau soal tehnis itu tentunya
berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi, tapi perlu diingat, jika
prinsip sudah benar, maka betapapun minim teknologinya, sejarah telah
membuktikan Muhammad SAW dengan para sahabatnya telah berhasil membakar
padang pasir yang tandus dan membangun taman kehidupan jannah dimuka
bumi ini, sebagai bukti dan contoh begitulah perjuangan orang beriman
sebenarnya.
Semoga dengan Ilmu yang diajarkan Allah menurut Sunnah
Rasul, kita akan semakin banyak memperoleh informasi, dan semakin cinta
untuk hidup dengan Qalam Allah yang NUR menurut Sunnah Rasul-Nya….Amin.
Semoga bermanfaat, mohon maaf bila ada kesalahan
Wassalam
Sutan Muhammad Haris Jambak