Info




SELAMAT DATANG DI WEB Haris Gudang Ilmu



Selamat datang di Web Side saya , saya harap anda senang berada di Web sederhana ini. Web ini saya tulis dengan komputer yang sederhana dan koneksi internet yang juga sederhana. Saya berharap Anda sering datang kembali. Silahkan anda mencari hal-hal yang baru di blog saya ini. Terima Kasih



SEKILAS HARIS GUDANG ILMU



Nama saya Mohammad Haris saya seorang yang mempunyai Web Side ini . Saya mulai belajar blogger sejak bulan Oktober 2009, dan blog ini saya buat pada bulan January 2009. Terimakasih Atas Kunjungannya.Follow Grup saya di https://www.facebook.com/harisgudangilmu?ref=hl







Exit
Jangan Lupa Klik Like Ya

Social Icons

My Biodata Admin



Nama:Muhammad Haris Yuliandra
Angkatan Ke 2 Anak Didikan Dari
Sekolah SMK Negri 1 Kutalimbaru
Sudah Tamat

Selamat Bergabung Di Blog Saya






selamat berkujung di blog saya semoga apa yang saya berikan kepada anda semoga bermanfaat

Kamis, 23 Maret 2017

Sabda Rasulullah SAW : Dosa Hutang Tidak Akan Terampuni Walaupun Mati Syahid

Dosa Hutang Tidak Akan Terampuni Walaupun Mati Syahid Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886) Oleh karena itu, seseorang hendaknya berpikir: “Mampukah saya melunasi hutang tersebut dan mendesakkah saya berhutang?” Karena ingatlah hutang pada manusia tidak bisa dilunasi hanya dengan istighfar. 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Sering Berlindung dari Berhutang Ketika Shalat Bukhari membawakan dalam kitab shohihnya pada Bab “Siapa yang berlindung dari hutang”. Lalu beliau rahimahullah membawakan hadits dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, كَانَ يَدْعُو فِى الصَّلاَةِ وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ » . فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنَ الْمَغْرَمِ قَالَ « إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ » . “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (YaAllahakuberlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).”


ISLAM membenar, malah mengharuskan seseorang itu berhutang ketika berdepan dengan kesusahan dan kesempitan hidup yang membabitkan masalah kewangan. Pada masa sama, Islam memberi galakan kepada umatnya agar memberi bantuan dan pertolongan kepada mereka yang memerlukan dalam pelbagai bentuk seperti pinjaman secara hutang bagi meringankan beban yang ditanggung oleh mereka, lebih-lebih lagi dalam hal keperluan asasi. Firman Allah bermaksud: “Sesungguhnya orang lelaki yang bersedekah dan orang perempuan yang bersedekah, serta mereka memberikan pinjaman kepada Allah (semata-mata untuk mendapatkan pahala) dengan pinjaman yang baik (ikhlas) akan digandakan balasannya dan mereka pula akan beroleh pahala yang mulia." (Surah al-Hadid, ayat 18) Firman Allah bermaksud: "Dan bertolong-tolonglah kamu pada jalan kebaikan dan ketakwaan dan janganlah bertolong-tolong pada perkara dosa dan permusuhan." (Surah al-Maidah, ayat 2) Namun, Islam begitu teliti dan memandang berat dalam soal memberi, menerima dan membayar semula hutang kerana ia membabitkan hubungan sesama manusia ketika hidup di dunia ini hingga ke akhirat kelak.
 Mengapakah anda berhutang? Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang itu terjebak dalam hutang antaranya ialah: l-Ingin memenuhi kehendak dan tuntutan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu yang tidak mampu ditunaikan kecuali dengan berhutang. 2-Pengaruh daripada sahabat handai atau jiran tetangga yang sering memberi galakan untuk berhutang. Lantaran itu dia berbuat demikian, walaupun pada hakikat dirinya itu tidak memerlukan, tetapi hanya untuk berbangga dengan apa yang dimilikinya. 3-Sikap tidak berasa puas dan cukup dengan apa yang dimiliki dan sanggup berhutang demi memenuhi kehendak dan hajatnya tanpa memikirkan akibat yang mendatang. 4-Kemudahan pinjaman yang disediakan oleh beberapa pihak tertentu seperti institusi kewangan dan perbankan bagi menggalakkan lagi amalan berhutang. 5-Berkehendakkan sesuatu benda yang membabitkan kebendaan dengan cepat dan segera walaupun hakikatnya dia tidak mampu berbuat demikian. Dalam hal ini, jika perkara yang hendak dimiliki itu adalah keperluan asasi (dharuriat) seperti makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian dan pelajaran, maka Islam membenarkan berhutang sebagaimana dalam sebuah hadis bermaksud: "Daripada Abu Hurairah berkata seseorang: Ya Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik? Baginda bersabda Memasukkan kepada saudara kamu kegembiraan atau melunaskan hutangnya atau memberi roti (makanan) kepadanya." Jika perkara yang ingin dimiliki itu bukan perkara asasi atau penting dalam kehidupan seseorang itu, maka tidak perlulah dia berhutang. Ini kerana hanya akan menambahkan bebanan, lebih-lebih lagi jika membabitkan institusi kewangan dan perbankan yang mengamalkan sistem riba.


 Kesan amalan berhutang. l-Penyakit berhutang ini jika diamalkan akan menjadi satu budaya dalam kehidupan manusia yang boleh mendatangkan kesan negatif kepada pemiutang seperti muflis. Ini disebabkan bebanan hutang yang tinggi serta gagal melunaskan hutangnya. 2-Jiwa orang yang berhutang tidak akan tenteram dan aman, hidupnya dalam resah gelisah kerana dihantui bebanan dan tuntutan hutang yang tinggi. 3-Seseorang yang terbeban dengan hutang akan memungkinkan dia melakukan pelbagai perkara yang dilarang oleh syarak seperti mencuri dan menjual maruah diri semata-mata untuk melunaskan hutangnya. 4-Orang yang berhutang akan terikat hidupnya di dunia dan akan tergantung amalan dan rohnya selepas meninggal dunia hingga segala hutang piutangnya dilunaskan ketika hidup. Sabda Rasulullah: "Jiwa orang mukmin akan tergantung dengan hutangnya (iaitu tidak dihukum selamat atau celaka) hingga dia menjelaskan hutangnya." Rasulullah pernah berwasiat kepada sahabat Baginda agar mengurangkan hutang seperti sabdanya : "Kurangkanlah dirimu daripada melakukan dosa, maka akan mudahlah bagimu ketika hendak mati. Kurangkanlah daripada berhutang nescaya kamu akan hidup bebas.." Amalan berhutang bukan saja membabitkan kehidupan dunia semata- mata, bahkan berpanjangan hingga ke hari akhirat. Sabda Rasulullah: "Sesungguhnya sebesar-besar dosa di sisi Allah ketika seseorang hamba itu berjumpa dengan Allah nanti selepas dosa besar lain yang ditegah ialah seseorang lelaki yang berjumpa dengan Allah pada hari hisab dengan mempunyai hutang yang belum dijelaskan lagi." Sabda Rasulullah bermaksud: "Semua dosa orang yang mati syahid diampuni kecuali hutangnya." (Hadis riwayat Bukhari, Tarmizi, An- Nasai' dan Ibn. Majah) Rasulullah sendiri tidak akan menyembahyangkan jenazah orang yang masih mempunyai hutang. Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Saidina Ali bahawa apabila didatangkan kepada Rasulullah satu jenazah, Baginda tidak akan bertanya mengenai amalan si mati, tetapi bertanya apakah si mati mempunyai hutang atau tidak. Jika si mati mempunyai hutang, Rasulullah menyuruh sahabatnya menyembahyangkan jenazah itu atau Baginda meminta sesiapa yang sanggup menaggung hutang si mati. Jika tiada, maka hutang itu akan diserah atau ditanggung oleh pihak Baitulmal.

Rabu, 11 Januari 2017

Daftar Tilang untuk Kendaraan Bermotor terhadap Pelanggaran Lalu Lintas


Sanksi pelanggaran lalu lintas di jalan raya semakin berat. Dalam undang-undang tentang lalu lintas yang terbaru, sanksi denda atau tilang naik sekitar 10 kali lipat dengan kisaran Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang disahkan DPR pada 22 Juni 2009. Berikut daftar tilang untuk kendaraan bermotor terhadap pelanggaran lalu lintas :


1. Setiap pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki SIM dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp 1 juta (Pasal 281).


2. Setiap pengendara kendaraan bermotor yang memiliki SIM namun tak dapat menunjukkannya saat razia dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 288 ayat 2).


3. Setiap pengendara kendaraan bermotor yang tak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 280).


4. Setiap pengendara sepeda motor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan seperti spion, lampu utama, lampu rem, klakson, pengukur kecepatan, dan knalpot dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 285 ayat 1).


5. Setiap pengendara mobil yang tidak memenuhi persyaratan teknis seperti spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu rem, kaca depan, bumper, penghapus kaca dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 285 ayat 2).


6. Setiap pengendara mobil yang tidak dilengkapi dengan perlengkapan berupa ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 278).


7. Setiap pengendara yang melanggar rambu lalu lintas dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 287 ayat 1).


8. Setiap pengendara yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 287 ayat 5).


9. Setiap pengendara yang tidak dilengkapi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 288 ayat 1).


10. Setiap pengemudi atau penumpang yang duduk disamping pengemudi mobil tak mengenakan sabuk keselamatan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 289).


11. Setiap pengendara atau penumpang sepeda motor yang tak mengenakan helm standar nasional dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 291 ayat 1).


12. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). (Pasal 293 ayat 1)

13. Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah). (Pasal 293 ayat 2)


14. Setiap pengendara sepeda motor yang akan berbelok atau balik arah tanpa memberi isyarat lampu dipidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 294).


*CATATAN PENTING*

Demi keselamatan anda dan orang lain, jangan menggunakan Ponsel atau mengetik SMS saat mengendarai kendaraan. Berkendaralah dengan bijak, saling menghargai sesama pengguna jalan, serta patuhi rambu-rambu lalu lintas demi keselamatan bersama.