Assalamualaikum ww
Iyoo ko ka-ditaruih-an mak Darul?
Haa.. jadilah, kan suai kito tu mamak & sanak R/N?
Ehhh ...... Ingek-kan lagu Cik Uniang Elly Kasim ...... "Sutan, Bagindo, tigo jo Sidi, di Pariaman urang batuah" ... dst. jadi jelaskan yang 3 ini memang istimewa.
Lhoo ... kok ..
Pariaman
 sebagai rantau pesisir, budaya-nya lebih berkembang dibanding Darek 
yang pedalaman, berbagai pengaruh akulturasi asing mampir disini yang 
kesemua-nya memperkaya khazanah budaya rantau pesisir barat ini, lihat 
aja misalnya kesenian "Tabuik" (di Bengkulu disebut "Tabot") adalah 
pengaruh Persia (Iran) yang menganut faham Syiah yang meyakini bahwa 
yang berhak menjadi Imam (khalifah) Islam dimuka bumi ini harus 
keturunan Rasulullah dari garis keturunan bapak yang nasab-nya sampai ke
 cucu kesayangan Rasulullah "Hasan dan Hosen" anak Kalifah Ali bin Abi 
Thalib yang juga adik sepupu dan sekaligus mantu Rasulullah itu
Diyakini
 bahwa ulama2 Syi'ah pernah hadir di Pesisir Barat Sumatera sejak dari 
Aceh di-utara hingga ke Sibolga, Pasaman, Pariaman, Painan dan Bengkulu 
di-selatan, namun pengaruh Syi'ah ini tenggelam akibat keras dan 
gencarnya ulama2 Wahabi meng-counter faham tersebut, hingga yang tersisa
 dari faham Syi'ah itu hanya terlihat di Pariaman dan Bengkulu yang 
dikenal dan dilestarikan masyarakat setempat sebagai "Upacara Tabuik" 
yaitu dalam rangka mengenang kepahlawanan cucu nabi Hasan dan Hosen yang
 tewas dan jasadnya dicincang dan ditendang kesana kemari oleh serdadu 
fihak lawan, sebagai buntut pertelegahan setelah wafatnya khalifah 
terakhir Ali bi Abi Thalib dimana sebagian umat mendukung bahwa yang 
berhak menggantikan Ali sebagai khalifah harus-lah keturunan Rasulullah 
tepatnya Hasan atau Hosen itu, dilain fihak berkembang pendapat "kan 
nggak harus begitu" lhaa .. Rasulullah aja nggak pernah ngomong gitu 
kok, jadi siapa saja berhak jadi khalifah asal syarat2 kepemimpinan 
terpenuhi (lewat fit & proper test kali yaa?), lihat ja tuh Abu 
Bakar, Umar dan Usman nggak ada hubungan darah kok dengan Rasulullah
Pertelegahan
 ini dimenangkan oleh Grup Muawiyah yang kemudian dimulailah 
pemerintahan Dinasti Muawiyah, Hasan & Hosen gugur dalam perang 
Karbala itu dan pengikut2nya menyingkir jauh ke utara kira2 didaerah 
Iraq dan Iran sekarang
Masyarakat Islam di Iran yang berfaham 
Syi'ah itu meyakini Ayatollah Khomeni dan Ayatollah Rafsanjani sebagai 
pemimpin / Imam seluruh Umat Islam didunia yang dinegara-nya Iran 
sebagai orang paling berkuasa dan diyakini sebagai keturunan Rasulullah 
lewat cucu kesayangan Rasulullah Hasan dan Hosen itu
Mereka 
ditandai dengan gelar "Ayatollah" sang Imam (pemimpin umat) sedangkan 
mereka2 yang memakai gelar "Mollah" diyakini juga sebagai keturunan 
Rasulullah dari garis keturunan ibu yang nasab-nya juga berakhir hingga 
Hasan dan Hosen, para Mollah di Iran sebagai Imam (pemimpin) Masjid
Naaa
 ..... benarkah "SIDI" itu keturunan ulama2 Syi'ah yang pernah datang ke
 Pariaman yang diyakini masih keturunan Rasulullah? Wallahualam 
bissawab, kakek (ayah dari ibu) saya almarhum Sidi Ali itu sih rasa2nya 
dulu waktu saya masih SMP pernah ngomong gitu, jadi giman yaa ...... 
udah deh tarok-lah iyaa, gitu aja kok reefoooot .... pantesan Elly Kasim
 ngomong gitu dalam lagu-nya
Naaah .... udah ketauan kan kalok yang namanya SIDI itu di Pariaman "urang nan batuah?
Nggak bohongkan Elly Kasim?
Iyaa
 itu tadi, Islam itu disebarkan lewat jalur dagang dan perkawinan, 
sebagai orang yang lebih banyak tahu tentang Islam, ulama yang juga 
nyambi sebagai saudagar itu kan boleh dong menikahi gadis2 setempat 
tentu saja dipilih anak orang2 berpengaruh seperti anak Datuak / Pangulu
 nan Godang Basa Batuah itu, lalu disepakati anak2 keturunan ulama atau 
orang alim ini ditandai dengan gelar SIDI yang kalau didaerah Pesisir 
Timur Sumatera seperti Deli, Langkat, Riau dan Semenanjung Tanah Melayu 
biasa dipanggil "SAID" yaitu keturunan orang2 alim, kira2 gituuuu lah 
cerita-nya
Gimana dengan SUTAN dan BAGINDO?
Mereka2 yang mewarisi gelar ini diyakini sebagai "KETURUNAN PEMBESAR2 ISTANO ALAM PAGARUYUANG"
Pada
 masa2 tertentu RAJO ALAM PAGARUYUANG melakukan TOUR of AREA kedaerah2 
tertentu diwilayah kekuasaan-nya entah itu ke Inderagiri, Siak, Gasib, 
Gunung Sahilan, Rokan Kubu Bangko, Rokan Tinggi, Lipat Kain, Kuantan 
dll. di kawasan Rantau Pesisir Timur Riau atau kekawasan Rantau Pesisir 
Barat seperti ke Kinali, Tiku, Pariaman, Padang Darek, Indrapuro, 
Kurinci, Jambi dll
Tidak semua daerah ini bisa dikunjungi SANG 
RAJO ALAM PAGARUYUANG, maka diutuslah orang2 kepercayaan beliau, 
kunjungan ini dimaksudkan tentu saja sebagai pengawasan melekat bahwa 
semua kawasan tersebut masih patuh dan masih dibawah kendali Rajo Alam 
Pagaruyuang, biasa-nya pulang ke Pagaruyuang para pembesar ini membawa 
oleh2 sebagai "TANDA KETUNDUKAN" daerah kepada pusat, tanda ketundukan 
itu berupa barang berharga seperti emas atau komoditi lain-nya yang 
biasa disebut sebagai "AMEH MANAH"
Nah .... Pembesar2 dari Istano
 Alam Pagaruyuang ini didaerah tertentu kan bisa aja lama disuatu 
tempat, yang kadang2 menikah dengan gadis setempat dan tentu saja 
penguasa setempat memaklumi hal ini, kan masih banyak stock gadis anak 
kemenakan penguasa setempat yang bisa ditawari sebagai istri pembesar 
pusat itu, iyyaa kan?
Anak keturunan Pembesar2 Istano Pagaruyuang dengan gadis2 setempat itu setelah besar ditandai dengan gelar "SUTAN atau BAGINDO"
Yang
 jelas SUTAN atau BAGINDO ini bukan berasal dari keturunan orang 
sembarangan, ayah mereka yang orang kepercayaan Istano Pagaruyuang itu 
masih kerabat RAJO ALAM PAGARUYUANG, entah adik, anak, kemenakan dll. 
makanya Elly Kasim mengatakan "Di Pariaman Urang Batuah" ... you get it?
Naah
 .... sesuai subject diatas untuk mereka2 di-istimewakan ini yang 
mewarisi gelar SUTAN ataupun BAGINDO ataupun SIDI dari ayahnya oleh adat
 Pariaman berlaku "Adat Bajapuik" artinya turun dari rumah ibunya untuk 
disandingkan dengan anak daro dan kelak jadi urang sumando di-rumah 
keluarga istrinya, harus dilengkapi secara adat waktu acara "Manjapuik 
Marapulai" dengan Payuang Kuniang sebagai lambang kebesaran Raja2 
Melayu, tiga buah cincin emas yang di-ikat dengan secarik kain kuning, 
sebilah Sewah (mirip2 rencong Aceh), Siriah Carano Salangkok-nyo, Uang 
Jemputan (bisa berupa uang, perhiasan emas seperti gelang, rupiah atau 
ringgit emas sejumlah yang telah dimufakati sebelumnya) dan tentu saja 
harus dijemput oleh atau atas nama "Mamak Kapalo Warih" dari keluarga si
 anak daro (biasanya diwakili oleh seorang "Kapalo Mudo" yang udah 
jagoan berpetatah petitih serta diramaikan oleh iring2an para sumandan 
(sumando perempuan keluarga anak daro yang berpakaian merah2) dan 
di-bunyikan peralatan bunyi2an seperti talempong dan tambua 
Eh.. iyaa.. mak Darul
Kawasan
 2X11 6 Lingkuang atau daerah Kayu Tanam dan sekitarnya secara 
administrasi pemerintahan memang masuk kedaerah Kabupaten Padang 
Pariaman, namun sebagian besar kawasan ini bukanlah "Pendukung Budaya 
Piaman"
Orang disini menamakan diri sebagai "Kapalo Darek Ikua 
Rantau" maksudnya adat istiadat mereka lebih dekat ke Padang Panjang, 
nah kalaupun ada yang sama dengan budaya Pariaman tentulah untuk daerah2
 yang berbatasan dengan kecamatan Tujuah Koto atau Lubuak Aluang, banyak
 diantara orang daerah sini yang keberatan dipanggil "AJO" mereka biasa 
dipanggil "UDA" artinya mereka keberatan disebut sebagai "Urang Piaman"
Jadi
 untuk memastikan "orang sini" memang pendukung budaya Piaman, memang 
harus disigi dulu, karena banyak yang berasal dari Batipuah, Padang 
Panjang ataupun pinggiran Agam seperti Koto Baru dan Pandai Sikek yang 
tidak ada sangkut paut dengan budaya Piaman, lain hal untuk kawasan 
seperti Kiambang, Sicincin, Pakandangan dan sekitarnya masih bisa 
dikatakan ada hubungan dengan akar budaya Piaman, namun mereka bahkan 
sampai ke Lubuak Aluang dan Pasa Usang sekalipun kadang nggak merasa 
"Piaman Bana" lihat aja mereka tidak menggunakan panggilan "ajo" tetapi 
"uda" makanya adat pinang meminang dan alek baralek nggak sama persis 
dengan yang di Piaman
Ada juga sih, oknum2 yang akal bulus, 
ngaku2 Piaman agar bisa minta "Uang Ilang" kepada calon besan-nya, 
padahal aslinya sih enggak, jadi harus "Teliti dulu sebelum Membeli"
Sebenarnya
 satu hal yang bisa kita tangkap bahwa "ORANG PIAMAN ITU SANGAT PEDULI 
TERHADAP ANAK / DUNSANAK / KEMENAKAN PEREMPUAN" nya, oleh karena itu 
"Gadih Gadang Indak BalakiI" dianggap sebagai suatu ancaman yang harus 
diantisipasi jauh sebelumnya, semua sumber daya dikerahkan sebisanya 
agar anak/dunsanak/kemenakan perempuan "bajunjuangan" alias udah punya 
suami
Urang Piaman nggak mepedulikan anggapan mereka2 yang bukan 
pendukung budaya Piaman dengan istilah "DIBELI" yang penting anak/ 
dunsanak / kemenakan perempuan mereka terselamatkan dari ancaman "Gadih 
Gadang Indak Balaki" itu sebagaimana disebutkan:
"lalok sakalok 
barasian, mato tanido mimpi tibo, dapek dek hati kato bana, dipujuak 
indak kunjuang ilang, dilengah indak kunjuang lupo namun bana takana 
juo, apo banalah nan takana dek ambo tu kini, dilayangkan pandang nan 
jauah, ditukiakkan pandang nan ampia, tabuang pandang ka nan lapang 
tatumbuak pandang katangah rumah, tampaklah anak sadang lalu, ditengok 
anak lah gadang"
"pipatah ado mangatokan, jalan tarikat baibarat 
putuih alemu banasakah sadang li hadis lai badalia kunun kato tak 
bamisa, dimisakan bak mananam kacang panjang, bijo baiak tanahnyo subur,
 kacang ditanam nanlah tumbuah, ditengok pucuak lah mancumua, aka lah 
mulai nak malilik, daun lah baransua nak manjurai, lah mungkin bungo nan
 kakalua, lah sah buah nak nyo adang, manuruik pituah dinan tuo, supayo 
daun nak barasiah, supayo buah nak salamaik lah patuik kacang dibari 
bajunjuangan
"diambiak kisah tantang pado anak, kok tinggi lah 
manyentak rueh, kok gadang lah mambaok buku, lah patuik dipulangkan 
karumah tanggo-nyo dicarikan jodoh jo junjuangan, dek kito silang nan 
bapangka, barang nan indak lah bacari barang nan jauah lah bajapuik, nan
 hampia lah ba-adokan, lah tasadio kajodoh anak kamanakan kito-ko, bagi 
silang nan bapangka disiko janji mangko ditapeki, disiko utang mangko 
diansua, disiko baban mangko kadilapehi"
Jadi mamak & sanak kasadonyo
Ini semua berpangkal dari ketentuan adat bahwa ada tiga hal yang harus di antisipasi yaitu
1. "Rumah Gadang Katirisan" (nggak dibahas sekarang)
2. "Mayik Tabujua Ditangah Rumah (juga nggak dibahas sekarang)
3. "GADIH GADANG INDAK BALAKI" (disinikan punca-nya)
Jadi
 adanya KETAKUTAN yang berlebihan kalau anak2 perempuan mereka nggak 
kebagian suami, apalagi bila anak gadisnya dinilai udah kelewat umur, 
yaaaa .... kabarnya sih semakin sulit dapat laki, apalagi kecendrungan 
manusia laki2 itu kan mau-nya perawan ting2 dibawah 20 tahun, sehingga 
timbul ketakutan para ortu/mamak/dunsanak laki2 mereka
Jadi jelas
 disini bahwa ketakutan yang berlebihan itu memunculkan persaingan atau 
kompetisi yang tidak sehat, sang gadis tentu saja nggak di-anjurkan 
keluyuran sana sini sambil cari jodoh karena hal demikian akan memalukan
 sang ortu/mamak/dunsanak laki2, jadi mereka tidak akan mempediarkan 
anak/dunsanak/kemenakan perempuan mereka ngelayap sana ngelayap sin 
hingga di cap sebagai "gadis jongkek" alias "cewek palala"
Jadi sang ortu/mamak harus bertanggung jawab mencarikan jodoh untuk anak2 perempuan-nya
Naa..
 karena semua mamak pada sibuk mencarikan jodoh untuk anak kemenakan 
masing2, yaa yang dicari tentu jadi rebutan, nah kalau udah rebutan 
begini kan yang bakalan menang kan cuma satu, iyakaan?
Nggak 
salah kok bila kita katakan sesuai teori dasar ilmu ekonomi, bila 
tingkat permintaan (D=demand) meningkat maka harga akan naik atau bila 
tingkat penawaran (S=supply) menurun sementara tingkat permintaan (D) 
semakin meningkat maka harga akan semakin naik
Jadi yang salah 
bukan yang punya anak laki2 (mereka toh tenang2 aja, malahan yang 
terjadi justru ketenangan-nya yang jadi ter-usik) karena yang punya anak
 perempuan yang sibuk nggak ketulungan, takuuuut bangeet bila punya anak
 perempuan dibilang udah perawan tua
Jadi kalau menurut sanak Rahima salah siopooooo dooong?
Menghadapi
 fenomena yang serba sulit ini, orang Piaman harus pintar, putar otak 
(awas jangan terlalu putar, ntar lepas pula baut2nya) gimana pintar-nya?
Kalau
 gitu jangan cari menantu "Orang Piaman" kan banyak tuh yang orang Jawa,
 Melayu Riau, Sunda, Dll. pokoknya nggak ngeluarin duit sepeserpun malah
 sebaliknya calon suami yang ngasi duit seperti calon pengantin laki2 
Melayu Riau akan memberikan "Uang Hantaran" segepok kepada keluarga 
calon istrinya, iyaakan, gitu aja kok susah amat, sedangkan si amat aja 
nggak pernah susah, heeeee ... heeeeee
Biarin aja tuh "Laki2 
Piaman" nggak ada yang ngelamar, biar mereka pusing 7 keliling di cap 
sebagai "Bujang Lapuak" rasa in lu jadi lapuak tagantuang heee ...heeee 
...
Tapi kan kenyataan nggak semua begitu ..............
Memang
 ada beberapa keluarga Piaman yang jadi buah mulut karena "galia", kalau
 punya anak laki2, mau-nya dapat menantu perempuan Piaman, biar dapat 
uang ilang, kan lumayan buat ongkos pesta, tapi kalau punya anak 
perempuan nggak mau ngelamar laki2 Piaman, mending cari yang orang 
JHOWO, lhaaa ini baru hueeebhaat, orang kat'e "DAPEK AMEH SAGADANG 
URANG" dapat mas jawa yang beratnya +/- 70 kilo, itu bhuaruu Hueebhaaat 
... heeee ... heee
wasalam
abp
Minggu, 21 Februari 2016
Langganan:
Komentar
                                (
                                Atom
                                )
                              
