Info




SELAMAT DATANG DI WEB Haris Gudang Ilmu



Selamat datang di Web Side saya , saya harap anda senang berada di Web sederhana ini. Web ini saya tulis dengan komputer yang sederhana dan koneksi internet yang juga sederhana. Saya berharap Anda sering datang kembali. Silahkan anda mencari hal-hal yang baru di blog saya ini. Terima Kasih



SEKILAS HARIS GUDANG ILMU



Nama saya Mohammad Haris saya seorang yang mempunyai Web Side ini . Saya mulai belajar blogger sejak bulan Oktober 2009, dan blog ini saya buat pada bulan January 2009. Terimakasih Atas Kunjungannya.Follow Grup saya di https://www.facebook.com/harisgudangilmu?ref=hl







Exit
Jangan Lupa Klik Like Ya

Social Icons

My Biodata Admin



Nama:Muhammad Haris Yuliandra
Angkatan Ke 2 Anak Didikan Dari
Sekolah SMK Negri 1 Kutalimbaru
Sudah Tamat

Selamat Bergabung Di Blog Saya






selamat berkujung di blog saya semoga apa yang saya berikan kepada anda semoga bermanfaat

Minggu, 21 Februari 2016

"Sutan, Bagindo, tigo jo Sidi, di Pariaman urang batuah "

Assalamualaikum ww

Iyoo ko ka-ditaruih-an mak Darul?
Haa.. jadilah, kan suai kito tu mamak & sanak R/N?

Ehhh ...... Ingek-kan lagu Cik Uniang Elly Kasim ...... "Sutan, Bagindo, tigo jo Sidi, di Pariaman urang batuah" ... dst. jadi jelaskan yang 3 ini memang istimewa.
Lhoo ... kok ..

Pariaman sebagai rantau pesisir, budaya-nya lebih berkembang dibanding Darek yang pedalaman, berbagai pengaruh akulturasi asing mampir disini yang kesemua-nya memperkaya khazanah budaya rantau pesisir barat ini, lihat aja misalnya kesenian "Tabuik" (di Bengkulu disebut "Tabot") adalah pengaruh Persia (Iran) yang menganut faham Syiah yang meyakini bahwa yang berhak menjadi Imam (khalifah) Islam dimuka bumi ini harus keturunan Rasulullah dari garis keturunan bapak yang nasab-nya sampai ke cucu kesayangan Rasulullah "Hasan dan Hosen" anak Kalifah Ali bin Abi Thalib yang juga adik sepupu dan sekaligus mantu Rasulullah itu

Diyakini bahwa ulama2 Syi'ah pernah hadir di Pesisir Barat Sumatera sejak dari Aceh di-utara hingga ke Sibolga, Pasaman, Pariaman, Painan dan Bengkulu di-selatan, namun pengaruh Syi'ah ini tenggelam akibat keras dan gencarnya ulama2 Wahabi meng-counter faham tersebut, hingga yang tersisa dari faham Syi'ah itu hanya terlihat di Pariaman dan Bengkulu yang dikenal dan dilestarikan masyarakat setempat sebagai "Upacara Tabuik" yaitu dalam rangka mengenang kepahlawanan cucu nabi Hasan dan Hosen yang tewas dan jasadnya dicincang dan ditendang kesana kemari oleh serdadu fihak lawan, sebagai buntut pertelegahan setelah wafatnya khalifah terakhir Ali bi Abi Thalib dimana sebagian umat mendukung bahwa yang berhak menggantikan Ali sebagai khalifah harus-lah keturunan Rasulullah tepatnya Hasan atau Hosen itu, dilain fihak berkembang pendapat "kan nggak harus begitu" lhaa .. Rasulullah aja nggak pernah ngomong gitu kok, jadi siapa saja berhak jadi khalifah asal syarat2 kepemimpinan terpenuhi (lewat fit & proper test kali yaa?), lihat ja tuh Abu Bakar, Umar dan Usman nggak ada hubungan darah kok dengan Rasulullah

Pertelegahan ini dimenangkan oleh Grup Muawiyah yang kemudian dimulailah pemerintahan Dinasti Muawiyah, Hasan & Hosen gugur dalam perang Karbala itu dan pengikut2nya menyingkir jauh ke utara kira2 didaerah Iraq dan Iran sekarang

Masyarakat Islam di Iran yang berfaham Syi'ah itu meyakini Ayatollah Khomeni dan Ayatollah Rafsanjani sebagai pemimpin / Imam seluruh Umat Islam didunia yang dinegara-nya Iran sebagai orang paling berkuasa dan diyakini sebagai keturunan Rasulullah lewat cucu kesayangan Rasulullah Hasan dan Hosen itu

Mereka ditandai dengan gelar "Ayatollah" sang Imam (pemimpin umat) sedangkan mereka2 yang memakai gelar "Mollah" diyakini juga sebagai keturunan Rasulullah dari garis keturunan ibu yang nasab-nya juga berakhir hingga Hasan dan Hosen, para Mollah di Iran sebagai Imam (pemimpin) Masjid

Naaa ..... benarkah "SIDI" itu keturunan ulama2 Syi'ah yang pernah datang ke Pariaman yang diyakini masih keturunan Rasulullah? Wallahualam bissawab, kakek (ayah dari ibu) saya almarhum Sidi Ali itu sih rasa2nya dulu waktu saya masih SMP pernah ngomong gitu, jadi giman yaa ...... udah deh tarok-lah iyaa, gitu aja kok reefoooot .... pantesan Elly Kasim ngomong gitu dalam lagu-nya

Naaah .... udah ketauan kan kalok yang namanya SIDI itu di Pariaman "urang nan batuah?
Nggak bohongkan Elly Kasim?
Iyaa itu tadi, Islam itu disebarkan lewat jalur dagang dan perkawinan, sebagai orang yang lebih banyak tahu tentang Islam, ulama yang juga nyambi sebagai saudagar itu kan boleh dong menikahi gadis2 setempat tentu saja dipilih anak orang2 berpengaruh seperti anak Datuak / Pangulu nan Godang Basa Batuah itu, lalu disepakati anak2 keturunan ulama atau orang alim ini ditandai dengan gelar SIDI yang kalau didaerah Pesisir Timur Sumatera seperti Deli, Langkat, Riau dan Semenanjung Tanah Melayu biasa dipanggil "SAID" yaitu keturunan orang2 alim, kira2 gituuuu lah cerita-nya

Gimana dengan SUTAN dan BAGINDO?

Mereka2 yang mewarisi gelar ini diyakini sebagai "KETURUNAN PEMBESAR2 ISTANO ALAM PAGARUYUANG"

Pada masa2 tertentu RAJO ALAM PAGARUYUANG melakukan TOUR of AREA kedaerah2 tertentu diwilayah kekuasaan-nya entah itu ke Inderagiri, Siak, Gasib, Gunung Sahilan, Rokan Kubu Bangko, Rokan Tinggi, Lipat Kain, Kuantan dll. di kawasan Rantau Pesisir Timur Riau atau kekawasan Rantau Pesisir Barat seperti ke Kinali, Tiku, Pariaman, Padang Darek, Indrapuro, Kurinci, Jambi dll

Tidak semua daerah ini bisa dikunjungi SANG RAJO ALAM PAGARUYUANG, maka diutuslah orang2 kepercayaan beliau, kunjungan ini dimaksudkan tentu saja sebagai pengawasan melekat bahwa semua kawasan tersebut masih patuh dan masih dibawah kendali Rajo Alam Pagaruyuang, biasa-nya pulang ke Pagaruyuang para pembesar ini membawa oleh2 sebagai "TANDA KETUNDUKAN" daerah kepada pusat, tanda ketundukan itu berupa barang berharga seperti emas atau komoditi lain-nya yang biasa disebut sebagai "AMEH MANAH"

Nah .... Pembesar2 dari Istano Alam Pagaruyuang ini didaerah tertentu kan bisa aja lama disuatu tempat, yang kadang2 menikah dengan gadis setempat dan tentu saja penguasa setempat memaklumi hal ini, kan masih banyak stock gadis anak kemenakan penguasa setempat yang bisa ditawari sebagai istri pembesar pusat itu, iyyaa kan?

Anak keturunan Pembesar2 Istano Pagaruyuang dengan gadis2 setempat itu setelah besar ditandai dengan gelar "SUTAN atau BAGINDO"

Yang jelas SUTAN atau BAGINDO ini bukan berasal dari keturunan orang sembarangan, ayah mereka yang orang kepercayaan Istano Pagaruyuang itu masih kerabat RAJO ALAM PAGARUYUANG, entah adik, anak, kemenakan dll. makanya Elly Kasim mengatakan "Di Pariaman Urang Batuah" ... you get it?

Naah .... sesuai subject diatas untuk mereka2 di-istimewakan ini yang mewarisi gelar SUTAN ataupun BAGINDO ataupun SIDI dari ayahnya oleh adat Pariaman berlaku "Adat Bajapuik" artinya turun dari rumah ibunya untuk disandingkan dengan anak daro dan kelak jadi urang sumando di-rumah keluarga istrinya, harus dilengkapi secara adat waktu acara "Manjapuik Marapulai" dengan Payuang Kuniang sebagai lambang kebesaran Raja2 Melayu, tiga buah cincin emas yang di-ikat dengan secarik kain kuning, sebilah Sewah (mirip2 rencong Aceh), Siriah Carano Salangkok-nyo, Uang Jemputan (bisa berupa uang, perhiasan emas seperti gelang, rupiah atau ringgit emas sejumlah yang telah dimufakati sebelumnya) dan tentu saja harus dijemput oleh atau atas nama "Mamak Kapalo Warih" dari keluarga si anak daro (biasanya diwakili oleh seorang "Kapalo Mudo" yang udah jagoan berpetatah petitih serta diramaikan oleh iring2an para sumandan (sumando perempuan keluarga anak daro yang berpakaian merah2) dan di-bunyikan peralatan bunyi2an seperti talempong dan tambua

Eh.. iyaa.. mak Darul
Kawasan 2X11 6 Lingkuang atau daerah Kayu Tanam dan sekitarnya secara administrasi pemerintahan memang masuk kedaerah Kabupaten Padang Pariaman, namun sebagian besar kawasan ini bukanlah "Pendukung Budaya Piaman"

Orang disini menamakan diri sebagai "Kapalo Darek Ikua Rantau" maksudnya adat istiadat mereka lebih dekat ke Padang Panjang, nah kalaupun ada yang sama dengan budaya Pariaman tentulah untuk daerah2 yang berbatasan dengan kecamatan Tujuah Koto atau Lubuak Aluang, banyak diantara orang daerah sini yang keberatan dipanggil "AJO" mereka biasa dipanggil "UDA" artinya mereka keberatan disebut sebagai "Urang Piaman"

Jadi untuk memastikan "orang sini" memang pendukung budaya Piaman, memang harus disigi dulu, karena banyak yang berasal dari Batipuah, Padang Panjang ataupun pinggiran Agam seperti Koto Baru dan Pandai Sikek yang tidak ada sangkut paut dengan budaya Piaman, lain hal untuk kawasan seperti Kiambang, Sicincin, Pakandangan dan sekitarnya masih bisa dikatakan ada hubungan dengan akar budaya Piaman, namun mereka bahkan sampai ke Lubuak Aluang dan Pasa Usang sekalipun kadang nggak merasa "Piaman Bana" lihat aja mereka tidak menggunakan panggilan "ajo" tetapi "uda" makanya adat pinang meminang dan alek baralek nggak sama persis dengan yang di Piaman

Ada juga sih, oknum2 yang akal bulus, ngaku2 Piaman agar bisa minta "Uang Ilang" kepada calon besan-nya, padahal aslinya sih enggak, jadi harus "Teliti dulu sebelum Membeli"

Sebenarnya satu hal yang bisa kita tangkap bahwa "ORANG PIAMAN ITU SANGAT PEDULI TERHADAP ANAK / DUNSANAK / KEMENAKAN PEREMPUAN" nya, oleh karena itu "Gadih Gadang Indak BalakiI" dianggap sebagai suatu ancaman yang harus diantisipasi jauh sebelumnya, semua sumber daya dikerahkan sebisanya agar anak/dunsanak/kemenakan perempuan "bajunjuangan" alias udah punya suami

Urang Piaman nggak mepedulikan anggapan mereka2 yang bukan pendukung budaya Piaman dengan istilah "DIBELI" yang penting anak/ dunsanak / kemenakan perempuan mereka terselamatkan dari ancaman "Gadih Gadang Indak Balaki" itu sebagaimana disebutkan:

"lalok sakalok barasian, mato tanido mimpi tibo, dapek dek hati kato bana, dipujuak indak kunjuang ilang, dilengah indak kunjuang lupo namun bana takana juo, apo banalah nan takana dek ambo tu kini, dilayangkan pandang nan jauah, ditukiakkan pandang nan ampia, tabuang pandang ka nan lapang tatumbuak pandang katangah rumah, tampaklah anak sadang lalu, ditengok anak lah gadang"

"pipatah ado mangatokan, jalan tarikat baibarat putuih alemu banasakah sadang li hadis lai badalia kunun kato tak bamisa, dimisakan bak mananam kacang panjang, bijo baiak tanahnyo subur, kacang ditanam nanlah tumbuah, ditengok pucuak lah mancumua, aka lah mulai nak malilik, daun lah baransua nak manjurai, lah mungkin bungo nan kakalua, lah sah buah nak nyo adang, manuruik pituah dinan tuo, supayo daun nak barasiah, supayo buah nak salamaik lah patuik kacang dibari bajunjuangan

"diambiak kisah tantang pado anak, kok tinggi lah manyentak rueh, kok gadang lah mambaok buku, lah patuik dipulangkan karumah tanggo-nyo dicarikan jodoh jo junjuangan, dek kito silang nan bapangka, barang nan indak lah bacari barang nan jauah lah bajapuik, nan hampia lah ba-adokan, lah tasadio kajodoh anak kamanakan kito-ko, bagi silang nan bapangka disiko janji mangko ditapeki, disiko utang mangko diansua, disiko baban mangko kadilapehi"

Jadi mamak & sanak kasadonyo

Ini semua berpangkal dari ketentuan adat bahwa ada tiga hal yang harus di antisipasi yaitu
1. "Rumah Gadang Katirisan" (nggak dibahas sekarang)
2. "Mayik Tabujua Ditangah Rumah (juga nggak dibahas sekarang)
3. "GADIH GADANG INDAK BALAKI" (disinikan punca-nya)

Jadi adanya KETAKUTAN yang berlebihan kalau anak2 perempuan mereka nggak kebagian suami, apalagi bila anak gadisnya dinilai udah kelewat umur, yaaaa .... kabarnya sih semakin sulit dapat laki, apalagi kecendrungan manusia laki2 itu kan mau-nya perawan ting2 dibawah 20 tahun, sehingga timbul ketakutan para ortu/mamak/dunsanak laki2 mereka

Jadi jelas disini bahwa ketakutan yang berlebihan itu memunculkan persaingan atau kompetisi yang tidak sehat, sang gadis tentu saja nggak di-anjurkan keluyuran sana sini sambil cari jodoh karena hal demikian akan memalukan sang ortu/mamak/dunsanak laki2, jadi mereka tidak akan mempediarkan anak/dunsanak/kemenakan perempuan mereka ngelayap sana ngelayap sin hingga di cap sebagai "gadis jongkek" alias "cewek palala"

Jadi sang ortu/mamak harus bertanggung jawab mencarikan jodoh untuk anak2 perempuan-nya

Naa.. karena semua mamak pada sibuk mencarikan jodoh untuk anak kemenakan masing2, yaa yang dicari tentu jadi rebutan, nah kalau udah rebutan begini kan yang bakalan menang kan cuma satu, iyakaan?

Nggak salah kok bila kita katakan sesuai teori dasar ilmu ekonomi, bila tingkat permintaan (D=demand) meningkat maka harga akan naik atau bila tingkat penawaran (S=supply) menurun sementara tingkat permintaan (D) semakin meningkat maka harga akan semakin naik

Jadi yang salah bukan yang punya anak laki2 (mereka toh tenang2 aja, malahan yang terjadi justru ketenangan-nya yang jadi ter-usik) karena yang punya anak perempuan yang sibuk nggak ketulungan, takuuuut bangeet bila punya anak perempuan dibilang udah perawan tua

Jadi kalau menurut sanak Rahima salah siopooooo dooong?

Menghadapi fenomena yang serba sulit ini, orang Piaman harus pintar, putar otak (awas jangan terlalu putar, ntar lepas pula baut2nya) gimana pintar-nya?

Kalau gitu jangan cari menantu "Orang Piaman" kan banyak tuh yang orang Jawa, Melayu Riau, Sunda, Dll. pokoknya nggak ngeluarin duit sepeserpun malah sebaliknya calon suami yang ngasi duit seperti calon pengantin laki2 Melayu Riau akan memberikan "Uang Hantaran" segepok kepada keluarga calon istrinya, iyaakan, gitu aja kok susah amat, sedangkan si amat aja nggak pernah susah, heeeee ... heeeeee

Biarin aja tuh "Laki2 Piaman" nggak ada yang ngelamar, biar mereka pusing 7 keliling di cap sebagai "Bujang Lapuak" rasa in lu jadi lapuak tagantuang heee ...heeee ...

Tapi kan kenyataan nggak semua begitu ..............

Memang ada beberapa keluarga Piaman yang jadi buah mulut karena "galia", kalau punya anak laki2, mau-nya dapat menantu perempuan Piaman, biar dapat uang ilang, kan lumayan buat ongkos pesta, tapi kalau punya anak perempuan nggak mau ngelamar laki2 Piaman, mending cari yang orang JHOWO, lhaaa ini baru hueeebhaat, orang kat'e "DAPEK AMEH SAGADANG URANG" dapat mas jawa yang beratnya +/- 70 kilo, itu bhuaruu Hueebhaaat ... heeee ... heee

wasalam
abp