Info




SELAMAT DATANG DI WEB Haris Gudang Ilmu



Selamat datang di Web Side saya , saya harap anda senang berada di Web sederhana ini. Web ini saya tulis dengan komputer yang sederhana dan koneksi internet yang juga sederhana. Saya berharap Anda sering datang kembali. Silahkan anda mencari hal-hal yang baru di blog saya ini. Terima Kasih



SEKILAS HARIS GUDANG ILMU



Nama saya Mohammad Haris saya seorang yang mempunyai Web Side ini . Saya mulai belajar blogger sejak bulan Oktober 2009, dan blog ini saya buat pada bulan January 2009. Terimakasih Atas Kunjungannya.Follow Grup saya di https://www.facebook.com/harisgudangilmu?ref=hl







Exit
Jangan Lupa Klik Like Ya

Social Icons

My Biodata Admin



Nama:Muhammad Haris Yuliandra
Angkatan Ke 2 Anak Didikan Dari
Sekolah SMK Negri 1 Kutalimbaru
Sudah Tamat

Selamat Bergabung Di Blog Saya






selamat berkujung di blog saya semoga apa yang saya berikan kepada anda semoga bermanfaat

Tampilkan postingan dengan label Biografi Sutan Muhammad Haris Jambak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biografi Sutan Muhammad Haris Jambak. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Februari 2016

Biografi Sutan Muhammad Haris Yuliandra Jambak

https://www.facebook.com/mhd.harisjuliandra


ASSALAMUALIKUM WR.WB

Nama                   : Sutan Muhammad Haris Yuliandra Jambak
Alias                    : Sutan 
Lahir                    : Medan,20 Juli 1994
SD                      : Muhammadiyah 29 Sei Mencirim
SMP                   : Pesantren Muhammadiyah kw Madu Langkat
SMK                   : SMK Negri 1 Kutalimbaru
Jabatan               : Admin Urbin Ops Satreskrim Polresta Medan
Sekarang bekerja di Ayam Potong Cv Syafri Maju bersama Jl Kap.Muslim Pjk Sekambing              
Tamatan              : SMK Negri 1 Kutalimbaru
Kakek                : Sutan seanudin
Nenek                : Siti hajar

Ayah                   :  Drs. Dasnel Koto
Ibu                      : Nur Hafidah Jambak
Adik Laki- Laki  : Adam Maulana Nurdy Jambak
Adik Perempuan : Mutyara Nurdy Koto
Adik Perempuan : Ayu Mestika Nurdy Koto
Alamat                : Jl. Sutrisno Gg. Damai 3 No 40 Medan kec. Medan Area Desa/kel Kota Matsum 1
Alamat Sekarang : Jl.Jati Pasar 4 Sei mencirim Dsn 2 A No 184 Kab. Deli Serdang

"Wassalam

Sutan Muhammad Haris Yuliandra Jambak
Jl.jati dsn II A Sei Mencirim No 184 Medan Sunggal "

Demikianlah si Ujang, bergelar Sutan Rajo Angek mencantumkan signaturenya pada tiap emailnya. Setelah menikah, si Ujang dengan bangganya memperkenalkan dirinya dengan namanya yang baru. Ujang Sutan Rajo Angek. Ada tambahan gelar "Sutan" di belakang namanya, Sutan Rajo Angek.

Temannya yang penasaran bertanya "Hei Ujang, namamu sudah berganti ya, tambah panjang saja namamu, tidak puas dengan namamu yang cuma satu kata itu ?"
"Ah gelar ini tidak masuk KTP kok, cuma gelar panggilanku saja dan tanda aku sudah menikah ", ujar si Ujang sambil tersenyum.

Si Ujang benar adanya. Semenjak menikah, namanya Ujang tidak berubah di KTP nya, tetapi cuma ditambahi gelar Sutan Rajo Angek dalam penyebutan namanya. Ini adalah kebiasaan/budaya Minangkabau yang memberikan gelar kehormatan kepada pemuda yang sudah menikah. Umumnya, pemberian gelar ini dilakukan untuk pemuda Minang yang sudah menikah atau pemuda dari suku lain yang menikah dengan perempuan Minang. Gelar ini bukanlah gelar kebangsawanan seperti gelar pangeran di Jawa ataupun Sunda. Gelar ini adalah gelar kehormatan. Gelar ini mengisyaratkan penghargaan terhadap suami/pemuda yang telah menikah tersebut. Gelar ini biasanya dimulai dengan kata Sutan, Katik, Malin, Pakiah, Marah, Bagindo, Sidi, dll. Tidak peduli apakah dia adalah anak pengusaha kaya, keturunan kyai ataupun anak orang miskin ataupun orang biasa-biasa saja, dia akan mendapatkan gelar tersebut.

Gelar ini adalah panggilan kehormatan baginya, yang mengisyaratkan bahwa ia dihormati dan dianggap telah dewasa terutama setelah ia menikah. Setelah menikah ia akan dipanggil dengan gelar kehormatannya itu di hadapan banyak orang. Dengan gelar itu berarti dia dianggap penting di keluarga dan di masyarakatnya, bisa dibawa berunding dan dimintakan pendapatnya ketika ada persoalan yang menyangkut keluarga dan masyarakatnya.

Secara umum dan berdasarkan pengalaman penulis, gelar ini didapat dengan prinsip matrilineal, atau menuruti garis ibu. Yang artinya, gelar itu diambilkan dari gelar kaum laki laki dari pihak ibunya. Dalam hal ini bisa berasal dari gelar paman, kakek, atau sepupu laki-laki dari pihak keluarga ibunya. Ataupun gelar ini bisa berasal dari gelar yang spesifik dipunyai oleh suku/kaum ibunya.

Tidak semua gelar ini datang dari pihak keluarga ibu. Di daerah Padang dan Pariaman, gelar ini diambil dari gelar bapaknya bukan dari gelar suku ibunya, seperti gelar Sidi atau Bagindo. Ada juga gelar yang didapat dengan mengkombinasikan gelar dari pihak ibunya dan gelar dari pihak bapaknya. Sampai sekarang penulis juga tidak tahu aturan baku untuk pemakaian gelar seperti ini, apakah menurutkan garis ibu atau garis bapak. Sepertinya tergantung sekali dengan adat di nagari tersebut dan kesepakatan keluarga/kaum dari pihak laki-laki. Sepertinya inilah yang disebut "Adat Selingkar Nagari, Pusaka Selingkar Kaum". Tiap nagari atau daerah di Minangkabau mempunyai adat yang bisa saja berlainan untuk kasus ini. Bahkan dari bacaan penulis, gelar ini juga bisa didapatkan semenjak kecil, jadi bukan dikarenakan sebab pernikahan.

Bukan hanya laki-laki Minangkabau yang mendapatkan gelar ini. Laki-laki yang menikahi wanita Minangkabau pun mendapatkan gelar ini. Contoh terbaru adalah Helmi Yahya yang menikah pada pertengahan Januari 2010 mendapatkan gelar Bagindo Sati (Baginda Sakti) setelah menikahi perempuan Minang. Ini juga merupakan penghormatan terhadap orang bersuku selain Minang yang menikahi perempuan Minang.

Dalam budaya Minangkabau, ada istilah "Ketek banamo, Gadang Bagala", yang artinya "Kecil punya nama, kalau sudah Dewasa punya Gelar". Artinya kalau seseorang sudah menikah, maka ia akan dipanggil dengan Gelarnya di depan umum. Misalnya seseorang bergelar Sutan Mangkuto, maka ketika dia berkumpul di keluarga istrinya, dia akan dipanggil "Sutan" atau "Mangkuto" atau "Sutan Mangkuto". Begitu juga kalau dia bertemu dengan orang kampung tempat istrinya berada, dia lebih dikenal dengan gelarnya daripada namanya.