Info




SELAMAT DATANG DI WEB Haris Gudang Ilmu



Selamat datang di Web Side saya , saya harap anda senang berada di Web sederhana ini. Web ini saya tulis dengan komputer yang sederhana dan koneksi internet yang juga sederhana. Saya berharap Anda sering datang kembali. Silahkan anda mencari hal-hal yang baru di blog saya ini. Terima Kasih



SEKILAS HARIS GUDANG ILMU



Nama saya Mohammad Haris saya seorang yang mempunyai Web Side ini . Saya mulai belajar blogger sejak bulan Oktober 2009, dan blog ini saya buat pada bulan January 2009. Terimakasih Atas Kunjungannya.Follow Grup saya di https://www.facebook.com/harisgudangilmu?ref=hl







Exit
Jangan Lupa Klik Like Ya

Social Icons

My Biodata Admin



Nama:Muhammad Haris Yuliandra
Angkatan Ke 2 Anak Didikan Dari
Sekolah SMK Negri 1 Kutalimbaru
Sudah Tamat

Selamat Bergabung Di Blog Saya






selamat berkujung di blog saya semoga apa yang saya berikan kepada anda semoga bermanfaat

Selasa, 06 September 2016

Sahabat Islam JANGAN ABAIKAN OBAT INI

JANGAN ABAIKAN OBAT INI
1. Sering Sakit = Silahkan Puasa
2. Wajah Gelap = Qiyamul Lail (Sholat Tahajud)
3. Hati Sempit = Baca Qur'an
4. Susah Bahagia = Sholat Tepat Waktu
5. Emosi Melulu = Wudhu dan Istighfar
6. Gelisah = Banyak Doa dan Olah Raga
7. Tertekan = Baca "Lahaula walaquwwata illa Billah"
8. Kurang Berkah Rezekinya = Lirik yg Halal aja
9. Miskin Melulu = Bersedekah
10. Bingung Cara Berbuat Baik = Share / Bagikan
status ini.


Prinsip Dasar Parenting- HARIS GUDANG ILMU Melalui Ustdz Rahmat Abdullah














Sekian dari saya Admin Muhammad Haris Yuliandra

Albert cinsten

Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan seseorang kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya  otak

Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia (BKhN-RI)

Pengakuan resmi Presiden Amerika Serikat : Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia ( BKhN-RI ) adalah Lembaga Tertinggi Kekuasaan Negara Republik Indonesia, Lembaga Tertinggi Kedaulatan Rakyat Republik Indonesia, Lembaga Tertinggi Pemerintahan Republik Indonesia, Lembaga Tertinggi Hukum dan Pengadilan Republik Indonesia, Lembaga Tertinggi TNI dan POLRI dan Lembaga Tertinggi Bank Indonesia, Perbankan dan Keuangan Negara Republik Indonesia yang dipimpin oleh Jenderal Besar L.M. Syahrial, SH sebagai Ketua Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia ( Presiden dan Negara Republik Indonesia ) yang juga adalah Ketua Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam menjalankan tugasnya Jenderal Besar L.M. Syahrial, SH sebagai Ketua Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia ( Presiden dan Negara Republik Indonesia ) di bantu oleh Ketua-Ketua Badan Kehormatan yang memimpin Kesultanan, Lembaga Negara, Kementerian dan atau yang sederajat, Badan, Komisi, Provinsi, Kabupaten dan Kota di Negara Republik Indonesia. Demi Kehormatan Negara Republik Indonesia, Amanat Penderitaan Rakyat Republik Indonesia dan tanggung jawab yang diemban oleh para Ketua-Ketua Badan Kehormatan, maka Presiden Republik Indonesia dan Negara Republik Indonesia dengan resmi dan sah secara Tituler memberikan Pangkat Jenderal TNI. POL, Letnan Jenderal TNI. POL, Mayor Jenderal TNI. POL dan Brigadir Jenderal TNI. POL kepada para Ketua-Ketua Badan Kehormatan dimaksud. Para Ketua-Ketua Badan Kehormatan dimaksud juga adalah Jenderal, Letnan Jenderal, Mayor Jenderal dan Brigadir Jenderal di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan bersama Ketua Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia ( Presiden dan Negara Republik Indonesia ) Jenderal Besar L.M. Syahrial, SH juga sebagai Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim Tunggal Negara Republik Indonesia untuk seluruh komponen Negara Republik Indonesia di Negara Republik Indonesia.

Surat Al Imran ayat 96-97 Berhubungan dengan Surat Al-Baqarah ayat 127-134 Tentang Adanya Ka'bah Di Mekkah

Surat Al Imran ayat 96-97 Berhubungan dengan Surat Al-Baqarah ayat 127-134 Tentang  Adanya Ka'bah Di Mekkah
   
Sejarah Adanya Ka'bah Di Mekkah

loading...

Ka’bah yang terletak ditengah Masjidil Haram di Mekkah dengan bentuk bangunannya yang mendekati bentuk kubus. Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan sebagai patokan atau kiblat atau patokan arah untuk hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti shalat. Selain itu Ka’bah merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi bagi umat Islam pada saat musim haji dan umrah. Pada awalnya, Mekkah hanyalah sebuah hamparan kosong. Dari sejauh mata memandang yang kita lihat hanyalah pasir yang bergumul di tengah terik yang menyengat. Aliran air zam-zamlah yang pertama kali mengubah daerah gersang itu menjadi sebuah tempat kecil yang dimulainya peradaban kelompok baru dunia Islam.

Sejarah Ka'bah Di Mekkah


Ka’bah dinamakan sebagai Bayt al ‘Atiq merupakan bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Di dalam Al Qur’an, surat Ibrahim ayat 37 bahwa situs suci Ka’bah telah ada pada saat Nabi Ibrahim yang menempatkan Siti Hajar dan Nabi Ismail ketika masih bayi di lokasi tersebut.
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim: 37)
Nabi Ismail adalah putra dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, dengan kaki mungilnya yang pertama kali menyentuh sumber mata air zam-zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail yang ketika itu ditinggal oleh Nabi Ibrahim ke Kanaan di tengah padang pasir, tiba-tiba banyak kedatangan musafir. Ada beberapa musafir yang memutuskan untuk tetap tinggal, namun ada juga yang beranjak pergi. Nabi Ibrahim yang datang dan kemudian menerima wahyu untuk mendirikan Ka’bah di kota tersebut. Ka’bah itu sendiri yang berarti tempat dengan penghormatan dan kedudukan yang tertinggi. Ka’bah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim yang terletak tepat di tempat Ka’bah lama yang didirikan Nabi Adam hancur tertimpa dengan banjir bandang pada zaman Nabi Nuh.
Nabi Adam merupakan Nabi yang pertama kali mendirikan Ka'bah. Pada tahun 1500 SM yang tercatat adalah pada tahun pertama Ka'bah dan kembali didirikan. Berdua dengan putranya yang taat, Nabi Ismail, Nabi Ibrahim yang membangun Ka'bah dari bebatuan bukit Hira, Qubays, dan tempat-tempat lainnya. Semakin tinggi dari hari ke hari mereka membangun Ka'bah, dan akhirnya selesai dengan panjang 30 - 31 hasta, lebarnya 20 hasta. Pada awalnya bangunan tanpa atap, hanyalah empat tembok persegi dengan dua pintu. Di salah satu celah sisi bangunan yang diisi dengan batu hitam besar dikenal dengan nama Hajar Aswad. Batu ini tersimpan di bukit Qubays saat pada masa Nabi Nuh ketika banjir besar melanda. Batu ini sangat istimewa, karena batu ini diberikan oleh Malaikat Jibril.
Sampai pada saat ini, jutaan umat muslim dunia dapat mencium batu ini ketika saat menjalankan ibadah haji atau umrah, sebuah sejarah yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Setelah selesai dibangun, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyeru umat manusia agar berziarah ke Ka’bah yang didaulat sebagai rumah Allah SWT. Maka dari sinilah, awal mulanya haji, ibadah akbar bagi umat Islam di seluruh dunia. Karena Ka’bah tidak beratap dan temboknya yang rendah, sekitar dua meteran, barang-harang yang berharga di dalamnya sering sekali dicuri. Bangsa Quraisy yang memegang kendali atas Mekkah ribuan tahun setelah kematian Nabi Ibrahim yang berinisiatif untuk merenovasinya. Untuk melakukan hal tersebut, maka bangunan yang awal harus dirobohkan terlebih dahulu.
Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy merupakan orang yang pertama kali merohohkan Ka’bah untuk membangunnya dan menjadi bangunan yang baru. Pada zaman Nabi Muhammad, renovasi juga pernah dilakukan pasca banjir besar melanda. Perselisihan tersebut muncul di antara keluarga-keluarga kaum Quraisy tentang siapakah yang pantas untuk memasukkan Hajar Aswad ke tempatnya di Ka’bah. Rasulullah SAW yang berperan penting dalam hal tersebut. Di dalam sebuah kisah yang terkenal, Rasulullah SAW meminta kepada keempat suku untuk mengangkat Hajar Aswad secara bersama dengan menggunakan secarik kain. Ide ini berhasil untuk menghindarkan perpecahan dan pertumbuhan darah di kalangan bangsa Arab. Renovasi terbesar yang dilakukan pada tahun 692.

Sebelum renovasi, Ka'bah yang terletak di ruang sempit dan terbuka di tengah sebuah masjid yang kini dikenal dengan Masjidil Haram. Pada akhir tahun 700-an, tiang kayu masjid diganti dengan menggunakan marmer dan sayap-sayap masjid diperluas, ditambah dengan beberapa menara. Renovasi yang dirasa perlu, untuk menyusul semakin berkembangnya Islam dan semakin banyaknya jamaah haji dari seluruh jazirah Arab dan sekitarnya. Wajah Masjidil Haram yang kini mulai modern dengan direnovasi pada tahun 1520 pada kepemimpinan Sultan Selim. Arsitektur pada tahun tersebut yang kemudian dipertahankan oleh kerajaan Arab Saudi sampai pada saat ini.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (Qs. Ali Imran: 96).
Ka'bah yang disebut juga dengan Baitullah (Rumah Allah SWT) atau Baitul 'Atiq (Rumah Kemerdekaan). Dibangun tembok yang berupa segi empat yang terbuat dari batu-batu yang besar yang berasal dari gunung-gunung di sekitar Mekkah. Baitullah ini dibangun di atas dasar pondasi yang kokoh. Dinding-dinding di sisi Ka'bah ini diherikan nama khusus yang ditentukan berdasarkan nama negeri ke arah mana dinding itu menghadap, terkecuali satu dinding yang diberikan nama dengan sebutan "Rukun HajarAswad" Ada sudut (rukun) atau keempat dinding tersebut antaranya:
  • Sebelah Utara Rukun Iraqi (Irak)
  • Sebelah Barat Rukun Syam (Suriah)
  • Sebelah Selatan Rukun Yamani (Yaman)  
  • Sebelah Timur Rukun Aswad (Hajar Aswad)
Keempat sisi Ka'bah yang ditutup dengan selubung yang dinamakan dengan Kiswah. Sejak zaman Nabi Ismail, Ka'bah sudah diberikan penutup yang berupa Kiswah ini. Saat ini Kiswah tersebut terbuat dari bahan sutra asli yang dilengkapi kaligrafi dari benang emas. Satu tahun Ka'bah ini dicuci sebanyak dua kali, pada awal bulan Dzul Hijjah dan awal bulan Sya'ban. Kiswah yang diganti sekali dalam setahun. Nabi Muhammad SAW pada usia 30 tahun (sekitar pada tahun 600 M dan belum diangkat menjadi Rasul pada saat itu), karena akibat banjir bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu bangunan ini direnovasi kembali.

Pada masa itu sempat terjadi perselisihan antara kepala suku atau kabilah yang lain ketika ingin meletakkan kembali batu Hajar Aswad, berkat penyelesaian Nabi Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan dengan baik tanpa harus ada pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan. Menjelang pada saat Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah. Dilingkungan Ka'bah yang penuh dengan patung yang merupakan suatu perwujudan dari Tuhan bagi bangsa Arab ketika saat masa kegelapan pemikiran (jahiliyah) sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan sebagai nenek moyang dari bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah SWT tidak diperbolehkan disembah yang diserupakan dengan benda atau makhluk apapun dan tidak mempunyai perantara untuk menyembahnya serta ia tunggal tidak ada yang menyerupainya dan ia tidak beranak dan tidak pula diperanakan (Surah Al-Ikhlash dalam Al-Qur'an).

Pada akhirnya Ka'bah dibersihkan dari patung-patung ketika Nabi Muhammad SAW telah membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah. Selanjutnya bangunan Ka’bah ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah yang sebagai pemegang kunci Ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji yang diatur oleh pemerintahan baik itu pemerintahan khalifah Ahu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai pada saat ini yaitu pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah

Surat Al Imran ayat 96-97 Berhubungan dengan Surat Al-Baqarah ayat 127-134 


Q.S Ali Imran ayat 96-97
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِيْنَ. فِيْهِ اٰيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَا مُ إِبْرَاهِيْمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ اٰمِنًا وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ اْلبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبيْلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌ عَنِ الْعَالَمِيْنَ.
Artinya :
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (makkah) yang di berkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia, padanya terdapat tanda-tanda yang nyata ( diantaranya) maqom Ibrahim. Barang siapa memasukinya(Baitullah itu) menjadi amalanlah dia ; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari ( kewajiban ) haji, maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Tafsir
Bait adalah rumah. Yang dimaksud disini adalah rumah tempat dan sarana beribadah, bukan dalam arti bangunan tempat tinggal pertama.
Kata بَكَّةَ Bakkah ada yang memahaminya sebagai tempat melaksanakan thawaf dimana terdapat Ka’bah. Kata ini terambil dari akar kata bahasa Arab yang berarti ramai dan berkerumun. Makna ini sangat sesuai dengan keadaan kota Mekah, khususnya Ka’bah, apalagi pada musim haji, bahkan kini diluar musim tersebut.
Kalau dalam penafsiran di atas, kata (لِلنَّاسِ) an-nas dalam ayat ini dipahami dalam arti manusia secara keseluruhan, maka ada juga sementara penafsir yang memahaminya dalam arti manusia tertentu, yakni masyarakat kota madinah dan sekitarnya, baik kaum muslim, nasrani atau yahudi. Semua mereka mengakui nabi Ibrahim AS. Semua mengakui bahwa beliau membangun/meninggikan pondasi ka’bah. Jika demikian sangat wajar yang dinamai rumah peribadatan pertama yang dibangun untuk manusia yakni untuk ketiga penganut agama tersebut adalah yang di Bakkah yakni di kota itu, atau di Makkah al mukarromah.
       Disamping Bakkah merupakan rumah peribadatan pertama, ia juga (مُبَارَكًا) mubarrokan. Kata ini terambil dari kata yang bermakna mantab, bersinambung dan tidak bergerak. Dari akar kata yang sama lahir kata berkat yang bermakna kebajikan yang banyak. Atas dasar ini jika anda berkata bahwa sesuatu ada berkatnya, maka itu berarti bahwa dia mengandung kebajikan yang mantab dan bersinambung, dan tidak ada habisnya. [14]
Makkah dan Bakkah terus menerus menghasilkan kebajikan. Kata ini dapat mencakup kebajikan duniawi dan ukhrowi, tetapi sementara ulama membatasinya pada yang duniawi atau material, dan memahaiminya hudan lil ‘alamin dalam arti kebajikan ukhrowi dan yang bersifat immatrial.
Bentuk jama’ pada kata (عَالَمِيْنَ) ‘alamin menunjukkan bahwa ia menjadi, bukan buat satu alam tertentu, atau kelompok dan generasi tertentu saja tetapi banyak dan beragam. Kalaulah kita mulai dari masa dikumandangkannya ibadah haji oleh Ibrahim AS maka sesungguhnya manusia telah berkunjung kesana sejak waktu itu dan menjadikanya sebagi sarana dan tempat melaksanakan serta memperoleh petunjuk illahi.
Ketika menjelaskan makna maqam Ibrahim penulis mengemukakan bahwa : maqam adalah tempat berdiri. Maqam ibrahim adalah tempat beliau berdiri membangu ka’bah, maqam Ibrahim yang di maksud adalah seluruh arah dimana ka’bah itu mengarah karena itu ada yang memahami maqam ibrahim adalah seluruh masjid Al-haram. Ada juga yang memahami istilah itu sebagai satu tempat yang ditandai dengan sebuah batu bekas telapak kedua kaki Ibrahim AS. Dimana beliau pernah sholat. Batu tersebut kini di letakkan didalam sebuah bejana kaca.
Selanjutnya, dilukiskan ketenangan dan rasa aman yang diraih oleh mereka yang berkunjung kesana dengan firman-NYA; barang siapa memasukinya (baitullah itu) menjadi amanlah ia, yakni siapapun yang berkunjung dan masuk ke Ka’bah, atau masuk ke masjid dimana Ka’bah itu berada. Ia tidak boleh di ganggu, karena Allah menghendaki agar siapapun yang mengunjunginya dengan tulus, merasa tenang dan tentram, terhindar dari rasa takut terhadap segala macam gangguan lahir dan batin.
(وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ) walillahi ‘alannas.sungguh teliti redaksi ayat ini. mengerjakan haji adalah kewajiban manusia. demikian semua manusia dipanggil kesana, tetapi Allah maha bijaksana. Segera setelah menjelaskan kewajiban itu atas semua manusia, Yang Maha Bijaksana itu mengecualikan sebagian mereka dengan firmannya : bagi yang sanggup mengadakan perjalanan kesana. Ini berarti yang tidak sanggup, maka Allah memaafkan mereka.[15]
       Perlu dicatat menyangkut firman-NYA; siapa yang kafir, bahwa kufur dalam penggunaan al-Qur’an mempunyai aneka makna, antar lain dalam arti durhaka, kikir, tidak mensyukuri nikmat dan tidak percaya pada ajaran islam, ketiga makna ini dapat di cakup oleh kata kufur pada ayat di atas, tinggal melihat sikap dan perilaku yang enggan memnuhi kewajiban ini. Apabila ia tidak mengakui kewajiban tersebut maka ia kafir dalam arti tidak percaya pada ajaran islam, tetapi bila dia mengakui kewajiban itu namun enggan melaksanakannya maka ia durhaka, dan bila ia mencari dalih untuk menunda-nundanya maka ia adalah seorang yang tidak mensyukuri nikmat Allah dalam arti mengkufuri-Nya,
Terjamah Surat Al Baqarah 127-134


{127} وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

{128} رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

{129} رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

{130} وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

{131} إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".

{132} وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

{133} أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."

{134} تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.