Munculnya pertanyaan tadi didasarkan atas adanya motor karburator yang
diklaim mampu lolos Euro 3 yakni Benelli. Konon perusahaan asal Italy
ini akan masuk ke Indonesia, bahkan akan membangun pabrik perakitan. Hemmm…. masih gosip nih, next kita bahas ya.
Okehh… balik lagi ke topik. Motor karburator baik 2-tak maupun 4-tak terbukti lolos standar Uero 1. Kemudian ketika standar Euro 2, motor karburator 2-tak banyak tumbang. Ada yang masih dianggap lolos yaitu Ninja 150 RR, tapi harus dipasangi catalityc converter serta sedikit merubah spek lainnya seputar ruang bakar. Akhirnya menjadi mahal.
Bahkan untuk lolos Uero 2, motor karburator 4-tak banyak yang harus dipasangi catalitycs converter serta komponen wajib, PAIR CONTROL VALVE (air injection system) yang di pasangkan di saluran buang.
Nah, untuk 4-tak karburator saja, agar lolos Uero 2 harus tambah komponen ini dan itu, harga tambah mahal bukan…??? Coba bandingkan juga fitur-fitur karburator motor lawas dengan motor baru, beda bukan…???
Coba bayangkan jika standar emisi dinaikkan menjadi Uero 3. Jika motor 2-tak memaksa masih dijual, mau ditambahkan part apalagi supaya lolos….??? Motor karburator 4-tak juga mengalami hal sama, mau ditambahkan apalagi…??? Kalaupun bisa lolos, part-part tambahan tadi jatuhnya sangat mahal. Sehingga harga jual motornya ikutan mahal. Iya bukan…???
Ada satu alasan lagi, mengapa karburator selayaknya dihilangkan jika yang ingin dituju adalah benar-benar ramah lingkungan. Sudah menjadi ciri khas motor karburator, bahwa campuran gas pembakaran dari putaran bawah, tengah dan atas selalu tidak stabil.
Saat putaran bawah campuran cenderung gemuk, putaran tengah bisa normal, lalu putaran tinggi campuran kurus. Padahal campuran pembakaran kurus dan gemuk, sama-sama menghasilkan racun. Masih ditambah setelan karburator yang sangat rentang berubah karena sistem mekanis buka tutup katup gas dan spuyer-spuyer.
Jika injeksi, semua dikontrol oleh sensor-sensor. Sehingga gas pembakaran di semua putaran mesin dijaga konstan. Gas buang dari putaran bawah sampai atas selalu ramah lingkungan. Yahhhh… kurang lebihnya begitu bro.
Okehh… balik lagi ke topik. Motor karburator baik 2-tak maupun 4-tak terbukti lolos standar Uero 1. Kemudian ketika standar Euro 2, motor karburator 2-tak banyak tumbang. Ada yang masih dianggap lolos yaitu Ninja 150 RR, tapi harus dipasangi catalityc converter serta sedikit merubah spek lainnya seputar ruang bakar. Akhirnya menjadi mahal.
Bahkan untuk lolos Uero 2, motor karburator 4-tak banyak yang harus dipasangi catalitycs converter serta komponen wajib, PAIR CONTROL VALVE (air injection system) yang di pasangkan di saluran buang.
Nah, untuk 4-tak karburator saja, agar lolos Uero 2 harus tambah komponen ini dan itu, harga tambah mahal bukan…??? Coba bandingkan juga fitur-fitur karburator motor lawas dengan motor baru, beda bukan…???
Coba bayangkan jika standar emisi dinaikkan menjadi Uero 3. Jika motor 2-tak memaksa masih dijual, mau ditambahkan part apalagi supaya lolos….??? Motor karburator 4-tak juga mengalami hal sama, mau ditambahkan apalagi…??? Kalaupun bisa lolos, part-part tambahan tadi jatuhnya sangat mahal. Sehingga harga jual motornya ikutan mahal. Iya bukan…???
Ada satu alasan lagi, mengapa karburator selayaknya dihilangkan jika yang ingin dituju adalah benar-benar ramah lingkungan. Sudah menjadi ciri khas motor karburator, bahwa campuran gas pembakaran dari putaran bawah, tengah dan atas selalu tidak stabil.
Saat putaran bawah campuran cenderung gemuk, putaran tengah bisa normal, lalu putaran tinggi campuran kurus. Padahal campuran pembakaran kurus dan gemuk, sama-sama menghasilkan racun. Masih ditambah setelan karburator yang sangat rentang berubah karena sistem mekanis buka tutup katup gas dan spuyer-spuyer.
Jika injeksi, semua dikontrol oleh sensor-sensor. Sehingga gas pembakaran di semua putaran mesin dijaga konstan. Gas buang dari putaran bawah sampai atas selalu ramah lingkungan. Yahhhh… kurang lebihnya begitu bro.