Jumat, 08 April 2016
Rabu, 06 April 2016
Main-main dalam thalaq
Main-main
dalam thalaq
وَ اِنْ عَزَمُوا الطَّلاَقَ فَاِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ
عَلِيْمٌ. البقرة:227
Dan
jika mereka ber’azam (bertetap hati untuk) thalaq, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengatahui.
[QS. Al-Baqarah : 227]
لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِيْ اَيْمَانِكُمْ وَ
لكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوْبُكُمْ، وَ اللهُ غَفُوْرٌ
حَلِيْمٌ. البقرة:225
Allah
tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
[QS. Al-Baqarah : 225]
لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِيْ اَيْمَانِكُمْ وَ
لكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ اْلاَيْمَانَ . المائدة:89
Allah
tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu segaja,
[QS. Al-Maaidah : 89]
قَالَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص
يَقُوْلُ: اِنَّمَا اْلاَعْمَالُ بِالنّيَّاتِ وَ اِنَّمَا لِكُلّ امْرِئٍ مَا
نَوَى.... الجماعة
‘Umar bin Khaththab berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya tiap-tiap sesuatu tergantung apa yang diniatkan”.
[HR. Jama’ah]
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لاَ
طَلاَقَ وَ لاَ عَتَاقَ فِى اِغْلاَقٍ. احمد و ابو داود و ابن ماجه فى نيل الاوطار 6:264
Dari
‘Aisyah RA, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada thalaq dan tidak ada memerdekakan budak dalam keadaan tidak normal akal”.
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan
Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 264]
وَ قَالَ عُثْمَانُ: لَيْسَ لِلْمَجْنُوْنِ وَ لاَ سَكْرَانَ
طَلاَقٌ. البخارى
Dan
‘Utsman berkata, “Tidak ada thalaq bagi orang yang majnun (gila) dan orang yang sedang mabuk”.
[HR. Bukhari]
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: طَلاَقُ السَّكْرَانِ وَ اْلمُسْتَكْرَهِ لَيْسَ
بِجَائِزٍ. وَ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فِيْمَنْ يُكْرِهُهُ اللُّصُوْصُ فَيُطَلّقُ،
فَلَيْسَ بِشَيْءٍ. البخارى، فى نيل الاوطار 6:265
Ibnu
‘Abbas berkata, “Thalaqnya orang yang mabuk dan orang yang dipaksa itu tidak sah”. Dan Ibnu ‘Abbas berkata tentang orang yang dipaksa oleh orang-orang jahat (untuk menthalaq istrinya) lalu ia pun menthalaqnya, maka hal itu tidak apa-apa (tidak jatuh thalaqnya).
[HR. Bukhari, dalam Nailul Authar juz 6, hal.
265]
قَالَ عَلِيٌّ: كُلُّ الطَّلاَقِ جَائِزٌ اِلاَّ طَلاَقَ
اْلمَعْتُوْهِ. البخارى فى صحيحه
Ali
RA berkata : Setiap thalaq dipandang jatuh kecuali thalaqnya orang yang tidak normal akalnya”.
[HR. Bukhari dalam kitab shahihnya]
عَنْ قُدَامَةَ بْنِ اِبْرَاهِيْمَ اَنَّ رَجُلاً عَلَى عَهْدِ عُمَرَ
بْنِ اْلخَطَّابِ تَدَلَّى يَشْتَارُ عَسَلاً فَاَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فَجَلَسَتْ
عَلَى اْلحَبْلِ فَقَالَتْ لِيُطَلّقَنَّهَا ثَلاَثًا وَ اِلاَّ قَطَعَتِ
اْلحَبْلَ. فَذَكَّرَهَا اللهَ وَ اْلاِسْلاَمَ فَاَبَتْ. فَطَلَّقَهَا ثَلاَثًا.
ثُمَّ خَرَجَ اِلَى عُمَرَ فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ، فَقَالَ: اِرْجِعْ اِلَى اَهْلِكَ،
فَلَيْسَ هذَا بِطَلاَقٍ. سعيد بن منصور و ابو عبيد القاسم بن سلام، فى نيل الاوطار
6:265
Dari
Qudamah bin Ibrahim, bahwasanya ada seorang laki-laki di jaman ‘Umar bin Khaththab menggantung pada tali untuk mengambil madu lebah, lalu istrinya menghadap kepadanya sambil duduk diatas tali tersebut seraya meminta supaya suaminya menthalaqnya tiga kali (sekaligus) dan jika tidak maka tali itu akan ia potong. Kemudian suaminya mengingatkannya supaya ia ingat kepada Allah dan Islam, tetapi perempuan itu tetap menolak, lalu laki-laki itu menthalaqnya tiga kali (sekaligus). Kemudian orang laki-laki itu pergi menemui ‘Umar menyampaikan hal itu kepadanya. Maka ‘Umar berkata, “Kembalilah kepada istrimu, karena yang begini ini bukan thalaq”.
[HR. Sa’d bin Manshur dan Abu ‘Ubaid Al-Qashim bin Salam, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 265]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: ثَلاَثٌ
جِدُّهُنَّ جِدٌّ وَ هَزْلُهُنَّ جِدٌّ: النّكَاحُ وَ الطَّلاَقُ وَ
الرَّجْعَةُ. الخمسة الا النسائى و قال الترمذى خديث حسن غريب
Dari
Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga
perkara, sungguh-sungguh
jadi sungguhan dan main-main jadi sungguhan. Yaitu nikah, thalaq dan ruju’ ”.
[HR. Khamsah kecuali Nasai, dan Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan gharib]
قَالَ فُضَالَةُ بْنُ عُبَيْدٍ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: ثَلاَثٌ لاَ
يَجُوْزُ فِيْهِنَّ اللَّعِبُ: اَلطَّلاَقُ وَ النّكَاحُ وَ اْلعِتْقُ. الطبرانى، ضعيف
Dari
Fudlalah bin ‘Ubaid, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Ada tiga
perkara yang tidak boleh dibuat permainan, yaitu thalaq, nikah dan memerdekakan budak”.
[HR. Thabrani, dla’if karena di dalam sanadnya ada Ibnu Lahi’ah yang dilemahkan oleh ahli hadits]
و للحارث بن ابى اسامة من حديث عبادة بن الصامت رفعه: لاَ يَجُوْزُ اللَّعِبُ فِيْ ثَلاَثٍ: اَلطَّلاَقُ وَالنّكَاحُ
وَاْلعِتَقُ. فَمَنْ قَالَهُنَّ فَقَدْ وَجَبْنَ. سنده ضعيف
Dan
bagi Harits bin Abu Usamah dari hadits ‘Ubadah bin Shamit, ia merafa’kannya (hadits itu dari Rasulullah SAW), “Tidak boleh untuk main-main dalam tiga perkara, yaitu thalaq, nikah dan memerdekakan budak. Dan barangsiapa yang mengucapkannya, maka jadilah”.
[Sanadnya dla’if, dalam Bulughul Maram hadits no.
1111]
عَنْ اَبِى ذَرّ رَفَعَهُ: مَنْ طَلَّقَ وَ هُوَ لاَعِبٌ فَطَلاَقُهُ
جَائِزٌ. وَ مَنْ اَعْتَقَ وَ هُوَ لاَعِبٌ فَعِتْقُهُ جَائِزٌ. وَ مَنْ نَكَحَ وَ
هُوَ لاَعِبٌ فَنِكَاحُهُ جَائِزٌ. عبد الرزاق و فى اسناده انقطاع، فى نيل الاوطار 6:264
Dari
Abu Dzarr, ia merafa’kannya, “Barangsiapa menthalaq dengan main-main, maka thalaqnya itu jadi, dan barangsiapa memerdekakan budak dengan main-main, maka kemerdekaan itu jadi, dan barangsiapa menikah dengan main-main, maka nikahnya itu jadi”.
[HR. Abdur Razzaq, munqathi’ (terputus), dalam Nailul Authar juz 6, hal. 264]
Keterangan
:
1. Dari dalil-dalil
diatas menunjukkan bahwa thalaq yang sah adalah thalaq yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dan thalaq yang dilakukan dengan main-main atau diwaktu tidak sadar atau tidak normal akalnya atau dipaksa, adalah tidak sah.
2. Adapun maksud hadits yang menyatakan “Ada tiga
perkara, sungguh-sungguh
jadi sungguhan, dan main-main jadi sungguhan ...” maksudnya adalah, “Thalaq, nikah, dan memerdekakan budak maupun ruju’ adalah merupakan urusan yang besar, maka tidak boleh orang main-main dengan ketiga hal tersebut. Maka apabila akan melakukan ketiga perkara tersebut hendaklah melakukannya dengan serius (sungguh-sungguh).
Anjuran menikah dan larangan membujang
1.
Anjuran menikah dan larangan membujang
Firman
Allah SWT :
ياَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ منْ
نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّ خَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَّ نِسَاءً، وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِه وَ
اْلاَرْحَامَ، اِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. النساء:1
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
[QS. An-Nisaa’ : 1]
وَ مِنْ ايتِهِ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا
لّتَسْكُنُوْا اِلَيْهَا وَ جَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّ رَحْمَةً، اِنَّ فِيْ
ذلِكَ لايتٍ لّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ. الروم:21
Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
[QS. Ar-Ruum : 21]
وَ لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلاً مّنْ قَبْلِكَ وَ جَعَلْنَا لَهُمْ
اَزْوَاجًا وَّ ذُرّيَّةً. الرعد:38
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan.
[QS.
Ar-Ra’d
: 38]
وَ اَنْكِحُوا اْلاَيَامى مِنْكُمْ وَ الصّلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَ
اِمَائِكُمْ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِه، وَ اللهُ
وَاسِعٌ عَلِيْمٌ. النور:32
Dan
kawinkanlah orang-orang yang
sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[QS. An-Nuur : 32]
وَ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ
ذُرّيَاتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ
اِمَامًا. الفرقان:74
Dan
orang-orang yang berdoa,
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”.
[QS. Al-Furqaan : 74]
Hadits
Rasulullah SAW
:
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا مَعْشَرَ
الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اْلبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَاِنَّهُ
اَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَ اَحْصَنُ لِلْفَرْجِ. وَ مَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ
بِالصَّوْمِ فَاِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. الجماعة
Dari
Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang
belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang syahwat”.
[HR. Jamaah]
عَنْ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ قَالَ: رَدَّ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى
عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ التَّبَتُّلَ وَ لَوْ اَذِنَ لَهُ
َلاخْتَصَيْنَا. احمد و البخارى و مسلم
Dan
Sa’ad bin Abu Waqqash ia berkata, “Rasulullah SAW pernah melarang ‘Utsman bin Madh’un membujang dan kalau sekiranya Rasulullah mengijinkannya tentu kami berkebiri”.
[HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim]
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: جَاءَ رَهْطٌ اِلَى بُيُوْتِ
اَزْوَاجِ النَّبِيِّ ص يَسْاَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ ص. فَلَمَّا
اُخْبِرُوْا كَاَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا فَقَالُوْا: وَ اَيْنَ نَحْنُ مِنَ
النَّبِيِّ ص؟ قَدْ غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ.
قَالَ اَحَدُهُمْ: اَمَّا اَنَا فَاِنِّى اُصَلِّى اللَّيْلَ اَبَدًا. وَ قَالَ
آخَرُ اَنَا اَصُوْمُ الدَّهْرَ وَ لاَ اُفْطِرُ اَبَدًا. وَ قَالَ آخَرُ: وَ اَنَا
اَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ اَتَزَوَّجُ اَبَدًا. فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ ص
اِلَيْهِمْ. فَقَالَ اَنْتُمُ اْلقَوُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَ كَذَا؟ اَمَا
وَ اللهِ اِنِّى َلاَخْشَاكُمْ ِللهِ وَ اَتْقَاكُمْ لَهُ. لكِنِّى اَصُوْمُ وَ
اُفْطِرُ وَ اُصَلِّى وَ اَرْقُدُ وَ اَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ
سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى. البخارى و اللفظ له و مسلم و غيرهما
Dari
Anas bin Malik RA, ia berkata : Ada sekelompok orang datang ke rumah istri-istri Nabi SAW, mereka menanyakan tentang ibadah Nabi SAW. Setelah mereka diberitahu, lalu mereka merasa bahwa amal mereka masih sedikit. Lalu mereka berkata, “Dimana kedudukan kita dari Nabi SAW, sedangkan Allah telah mengampuni beliau dari dosa-dosa beliau yang terdahulu dan yang kemudian”. Seseorang diantara mereka berkata, “Adapun saya, sesungguhnya saya akan shalat malam terus”. Yang lain berkata, “Saya akan puasa terus-menerus”. Yang lain lagi
berkata, “Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya”. Kemudian Rasulullah SAW datang kepada mereka dan bersabda, “Apakah kalian yang
tadi mengatakan demikian dan demikian
?. Ketahuilah, demi
Allah, sesungguhnya aku
adalah orang yang paling
takut kepada Allah diantara kalian, dan orang yang paling bertaqwa kepada Allah diantara kalian.
Sedangkan aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan aku mengawini wanita. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku, bukanlah dari golonganku”.
[HR. Bukhari, dan lafadh ini baginya, Muslim dan lainnya]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ نَفَرًا
مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ ص قَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ اَتَزَوَّجُ. وَ قَالَ
بَعْضُهُمْ: اُصَلِّى وَ لاَ اَنَامُ. وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: اَصُوْمُ وَ لاَ
اُفْطِرُ، فَبَلَغَ ذلِكَ النَّبِيَّ ص فَقَالَ: مَا بَالُ اَقْوَامٍ قَالُوْا
كَذَا وَ كَذَا. لكِنّى اَصُوْمُ وَ اُفْطِرُ وَ اُصَلِّى وَ اَنَامُ وَ
اَتَزَوَّجُ النّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنّى. احمد و البخارى و مسلم
Dan
dari Anas, bahwasanya ada sebagian shahabat Nabi SAW yang berkata, “Aku tidak akan kawin”. Sebagian lagi berkata, “Aku akan shalat terus-menerus dan tidak akan tidur”. Dan sebagian lagi berkata, “Aku akan berpuasa terus-menerus”. Kemudian hal itu sampai kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda, “Bagaimanakah keadaan kaum itu, mereka mengatakan demikian dan demikian ?. Padahal aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan akupun mengawini wanita. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, bukanlah dari golonganku”.
[HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim]
عَنْ قَتَادَةَ عَنِ اْلحَسَنِ عَنْ سَمُرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص نَهَى
عَنِ التَّبَتُّلِ، وَ قَرَأَ قَتَادَةُ { وَ لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلاً مّنْ
قَبْلِكَ وَ جَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّ ذُرّيَّةً. الرعد:38} الترمذى و ابن ماجه
Dari
Qatadah dari Hasan dari Samurah, bahwa sesungguhnya Nabi SAW melarang membujang, dan Qatadah membaca ayat, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan”. (Ar-Ra’d :
38).
[HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]
عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ رَزَقَهُ اللهُ
امْرَأَةً صَالِحَةً فَقَدْ اَعَانَهُ عَلَى شَطْرِ دِيْنِهِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ
فِى الشَّطْرِ اْلبَاقِى. الطبرانى فى الاوسط و الحاكم. و قال الحاكم صحيح الاسناد
Dari
Anas RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang Allah
telah memberi rezqi kepadanya berupa istri yang shalihah, berarti Allah telah menolongnya pada separo agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah untuk separo sisanya”.
[HR. Thabrani di dalam Al-Ausath, dan Hakim. Hakim
berkata, “Shahih sanadnya]
و فى رواية البيهقى، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا تَزَوَّجَ اْلعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ
نِصْفَ الدِّيْنِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِى النِّصْفِ اْلبَاقِى.
Dan
dalam riwayat Baihaqi disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba telah menikah, berarti dia telah menyempurnakan separo agamanya, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah pada separo sisanya”.
Makna Tabarruj lebih umum dari kata Sufur
Makna Tabarruj lebih umum dari kata Sufur. Kata sufur digunakan lebih khusus, yaitu menyingkap penutup wajah. Sedangkan makna kata tabarruj
adalah menyingkap sebagian badan wanita atau memperlihatkan
perhiasannya yang semestinya tertutup bagi pandangan laki-laki yang
bukan muhrimnya.
Lebih jelasnya, tabarruj berarti menampakkan, yaitu menampakkan sebagian badan atau perhiasannya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tabarruj berasal dari wanita yang tampak karena kemegahannya, karena kata buruj artinya qushur (istana-istana), seperti yang tersebut dalam al-Qur'an:
وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”, (QS. an-Nisa': 78).
Burju al Mar'ah maksudnya adalah rumahnya, seperti yang difirmankan Allah Ta’ala berkenaan dengan hak wanita:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَتَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى
”Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu” (QS. al-Ahzab: 33).
Istana disebut dengan burj karena luasnya, diambil dari kata al Baraj yaitu kelapangan, seperti doa sebagian orang:
Langganan:
Postingan
(
Atom
)