Info




SELAMAT DATANG DI WEB Haris Gudang Ilmu



Selamat datang di Web Side saya , saya harap anda senang berada di Web sederhana ini. Web ini saya tulis dengan komputer yang sederhana dan koneksi internet yang juga sederhana. Saya berharap Anda sering datang kembali. Silahkan anda mencari hal-hal yang baru di blog saya ini. Terima Kasih



SEKILAS HARIS GUDANG ILMU



Nama saya Mohammad Haris saya seorang yang mempunyai Web Side ini . Saya mulai belajar blogger sejak bulan Oktober 2009, dan blog ini saya buat pada bulan January 2009. Terimakasih Atas Kunjungannya.Follow Grup saya di https://www.facebook.com/harisgudangilmu?ref=hl







Exit
Jangan Lupa Klik Like Ya

Social Icons

My Biodata Admin



Nama:Muhammad Haris Yuliandra
Angkatan Ke 2 Anak Didikan Dari
Sekolah SMK Negri 1 Kutalimbaru
Sudah Tamat

Selamat Bergabung Di Blog Saya






selamat berkujung di blog saya semoga apa yang saya berikan kepada anda semoga bermanfaat

Jumat, 08 April 2016

KUMPULAN MATERI TARBIYAH





ISLAM DAN KE IMANAN

Ibadah

Akhlaq Islami

Kisah-Kisah Teladan

Keluarga

Hikmah

Rabu, 06 April 2016

Main-main dalam thalaq

Main-main dalam thalaq
وَ اِنْ عَزَمُوا الطَّلاَقَ فَاِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ. البقرة:227
Dan jika mereka ber’azam (bertetap hati untuk) thalaq, maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengatahui. [QS. Al-Baqarah : 227]
لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِيْ اَيْمَانِكُمْ وَ لكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوْبُكُمْ، وَ اللهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ. البقرة:225
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. [QS. Al-Baqarah : 225]
لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللهُ بِاللَّغْوِ فِيْ اَيْمَانِكُمْ وَ لكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ اْلاَيْمَانَ . المائدة:89
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu segaja, [QS. Al-Maaidah : 89]
قَالَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّمَا اْلاَعْمَالُ بِالنّيَّاتِ وَ اِنَّمَا لِكُلّ امْرِئٍ مَا نَوَى.... الجماعة
Umar bin Khaththab berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya tiap-tiap sesuatu tergantung apa yang diniatkan. [HR. Jama’ah]
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لاَ طَلاَقَ وَ لاَ عَتَاقَ فِى اِغْلاَقٍ. احمد و ابو داود و ابن ماجه فى نيل الاوطار 6:264
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada thalaq dan tidak ada memerdekakan budak dalam keadaan tidak normal akal. [HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 264]
وَ قَالَ عُثْمَانُ: لَيْسَ لِلْمَجْنُوْنِ وَ لاَ سَكْرَانَ طَلاَقٌ. البخارى
Dan ‘Utsman berkata, “Tidak ada thalaq bagi orang yang majnun (gila) dan orang yang sedang mabuk. [HR. Bukhari]
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: طَلاَقُ السَّكْرَانِ وَ اْلمُسْتَكْرَهِ لَيْسَ بِجَائِزٍ. وَ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فِيْمَنْ يُكْرِهُهُ اللُّصُوْصُ فَيُطَلّقُ، فَلَيْسَ بِشَيْءٍ. البخارى، فى نيل الاوطار 6:265
IbnuAbbas berkata, “Thalaqnya orang yang mabuk dan orang yang dipaksa itu tidak sah”. Dan IbnuAbbas berkata tentang orang yang dipaksa oleh orang-orang jahat (untuk menthalaq istrinya) lalu ia pun menthalaqnya, maka hal itu tidak apa-apa (tidak jatuh thalaqnya). [HR. Bukhari, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 265]
قَالَ عَلِيٌّ: كُلُّ الطَّلاَقِ جَائِزٌ اِلاَّ طَلاَقَ اْلمَعْتُوْهِ. البخارى فى صحيحه
Ali RA berkata : Setiap thalaq dipandang jatuh kecuali thalaqnya orang yang tidak normal akalnya. [HR. Bukhari dalam kitab shahihnya]
عَنْ قُدَامَةَ بْنِ اِبْرَاهِيْمَ اَنَّ رَجُلاً عَلَى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ تَدَلَّى يَشْتَارُ عَسَلاً فَاَقْبَلَتِ امْرَأَتُهُ فَجَلَسَتْ عَلَى اْلحَبْلِ فَقَالَتْ لِيُطَلّقَنَّهَا ثَلاَثًا وَ اِلاَّ قَطَعَتِ اْلحَبْلَ. فَذَكَّرَهَا اللهَ وَ اْلاِسْلاَمَ فَاَبَتْ. فَطَلَّقَهَا ثَلاَثًا. ثُمَّ خَرَجَ اِلَى عُمَرَ فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ، فَقَالَ: اِرْجِعْ اِلَى اَهْلِكَ، فَلَيْسَ هذَا بِطَلاَقٍ. سعيد بن منصور و ابو عبيد القاسم بن سلام، فى نيل الاوطار 6:265
Dari Qudamah bin Ibrahim, bahwasanya ada seorang laki-laki di jamanUmar bin Khaththab menggantung pada tali untuk mengambil madu lebah, lalu istrinya menghadap kepadanya sambil duduk diatas tali tersebut seraya meminta supaya suaminya menthalaqnya tiga kali (sekaligus) dan jika tidak maka tali itu akan ia potong. Kemudian suaminya mengingatkannya supaya ia ingat kepada Allah dan Islam, tetapi perempuan itu tetap menolak, lalu laki-laki itu menthalaqnya tiga kali (sekaligus). Kemudian orang laki-laki itu pergi menemuiUmar menyampaikan hal itu kepadanya. MakaUmar berkata, “Kembalilah kepada istrimu, karena yang begini ini bukan thalaq. [HR. Sa’d bin Manshur dan Abu ‘Ubaid Al-Qashim bin Salam, dalam Nailul Authar juz 6, hal. 265]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: ثَلاَثٌ جِدُّهُنَّ جِدٌّ وَ هَزْلُهُنَّ جِدٌّ: النّكَاحُ وَ الطَّلاَقُ وَ الرَّجْعَةُ. الخمسة الا النسائى و قال الترمذى خديث حسن غريب
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara, sungguh-sungguh jadi sungguhan dan main-main jadi sungguhan. Yaitu nikah, thalaq dan ruju’ ”. [HR. Khamsah kecuali Nasai, dan Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan gharib]
قَالَ فُضَالَةُ بْنُ عُبَيْدٍ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: ثَلاَثٌ لاَ يَجُوْزُ فِيْهِنَّ اللَّعِبُ: اَلطَّلاَقُ وَ النّكَاحُ وَ اْلعِتْقُ. الطبرانى، ضعيف
Dari Fudlalah bin ‘Ubaid, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara yang tidak boleh dibuat permainan, yaitu thalaq, nikah dan memerdekakan budak. [HR. Thabrani, dla’if karena di dalam sanadnya ada Ibnu Lahi’ah yang dilemahkan oleh ahli hadits]
و للحارث بن ابى اسامة من حديث عبادة بن الصامت رفعه: لاَ يَجُوْزُ اللَّعِبُ فِيْ ثَلاَثٍ: اَلطَّلاَقُ وَالنّكَاحُ وَاْلعِتَقُ. فَمَنْ قَالَهُنَّ فَقَدْ وَجَبْنَ. سنده ضعيف
Dan bagi Harits bin Abu Usamah dari haditsUbadah bin Shamit, ia merafa’kannya (hadits itu dari Rasulullah SAW), “Tidak boleh untuk main-main dalam tiga perkara, yaitu thalaq, nikah dan memerdekakan budak. Dan barangsiapa yang mengucapkannya, maka jadilah. [Sanadnya dla’if, dalam Bulughul Maram hadits no. 1111]
عَنْ اَبِى ذَرّ رَفَعَهُ: مَنْ طَلَّقَ وَ هُوَ لاَعِبٌ فَطَلاَقُهُ جَائِزٌ. وَ مَنْ اَعْتَقَ وَ هُوَ لاَعِبٌ فَعِتْقُهُ جَائِزٌ. وَ مَنْ نَكَحَ وَ هُوَ لاَعِبٌ فَنِكَاحُهُ جَائِزٌ. عبد الرزاق و فى اسناده انقطاع، فى نيل الاوطار 6:264
Dari Abu Dzarr, ia merafa’kannya, “Barangsiapa menthalaq dengan main-main, maka thalaqnya itu jadi, dan barangsiapa memerdekakan budak dengan main-main, maka kemerdekaan itu jadi, dan barangsiapa menikah dengan main-main, maka nikahnya itu jadi. [HR. Abdur Razzaq, munqathi’ (terputus), dalam Nailul Authar juz 6, hal. 264]
Keterangan :
1.  Dari dalil-dalil diatas menunjukkan bahwa thalaq yang sah adalah thalaq yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dan thalaq yang dilakukan dengan main-main atau diwaktu tidak sadar atau tidak normal akalnya atau dipaksa, adalah tidak sah.
2.  Adapun maksud hadits yang menyatakanAda tiga perkara, sungguh-sungguh jadi sungguhan, dan main-main jadi sungguhan ...” maksudnya adalah, “Thalaq, nikah, dan memerdekakan budak  maupun rujuadalah merupakan urusan yang besar, maka tidak boleh orang main-main dengan ketiga hal tersebut. Maka apabila akan melakukan ketiga perkara tersebut hendaklah melakukannya dengan serius (sungguh-sungguh).

Anjuran menikah dan larangan membujang

1. Anjuran menikah dan larangan membujang
Firman Allah SWT :
ياَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ منْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّ خَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَ بَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَّ نِسَاءً، وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِه وَ اْلاَرْحَامَ، اِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. النساء:1
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. [QS. An-Nisaa’ : 1]
وَ مِنْ ايتِهِ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لّتَسْكُنُوْا اِلَيْهَا وَ جَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّ رَحْمَةً، اِنَّ فِيْ ذلِكَ لايتٍ لّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ. الروم:21
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [QS. Ar-Ruum : 21]
وَ لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلاً مّنْ قَبْلِكَ وَ جَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّ ذُرّيَّةً. الرعد:38
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. [QS. Ar-Ra’d : 38]
وَ اَنْكِحُوا اْلاَيَامى مِنْكُمْ وَ الصّلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَ اِمَائِكُمْ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِه، وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ. النور:32
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. An-Nuur : 32]
وَ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرّيَاتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. الفرقان:74
Dan orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. [QS. Al-Furqaan : 74]
Hadits Rasulullah SAW :
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اْلبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَاِنَّهُ اَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَ اَحْصَنُ لِلْفَرْجِ. وَ مَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَاِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. الجماعة
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW  bersabda, “Hai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena berpuasa itu baginya (menjadi) pengekang syahwat. [HR. Jamaah]
عَنْ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ قَالَ: رَدَّ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ التَّبَتُّلَ وَ لَوْ اَذِنَ لَهُ َلاخْتَصَيْنَا. احمد و البخارى و مسلم
Dan Sa’ad bin Abu Waqqash ia berkata, “Rasulullah SAW pernah melarangUtsman bin Madh’un membujang dan kalau sekiranya Rasulullah mengijinkannya tentu kami berkebiri. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: جَاءَ رَهْطٌ اِلَى بُيُوْتِ اَزْوَاجِ النَّبِيِّ ص يَسْاَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ ص. فَلَمَّا اُخْبِرُوْا كَاَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا فَقَالُوْا: وَ اَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ ص؟ قَدْ غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. قَالَ اَحَدُهُمْ: اَمَّا اَنَا فَاِنِّى اُصَلِّى اللَّيْلَ اَبَدًا. وَ قَالَ آخَرُ اَنَا اَصُوْمُ الدَّهْرَ وَ لاَ اُفْطِرُ اَبَدًا. وَ قَالَ آخَرُ: وَ اَنَا اَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ اَتَزَوَّجُ اَبَدًا. فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِلَيْهِمْ. فَقَالَ اَنْتُمُ اْلقَوُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَ كَذَا؟ اَمَا وَ اللهِ اِنِّى َلاَخْشَاكُمْ ِللهِ وَ اَتْقَاكُمْ لَهُ. لكِنِّى اَصُوْمُ وَ اُفْطِرُ وَ اُصَلِّى وَ اَرْقُدُ وَ اَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى. البخارى و اللفظ له و مسلم و غيرهما
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Ada sekelompok orang datang ke rumah istri-istri Nabi SAW, mereka menanyakan tentang ibadah Nabi SAW. Setelah mereka diberitahu, lalu mereka merasa bahwa amal mereka masih sedikit. Lalu mereka berkata, “Dimana kedudukan kita dari Nabi SAW, sedangkan Allah telah mengampuni beliau dari dosa-dosa beliau yang terdahulu dan yang kemudian”. Seseorang diantara mereka berkata, “Adapun saya, sesungguhnya saya akan shalat malam terus”. Yang lain berkata, “Saya akan puasa terus-menerus”. Yang lain lagi berkata, “Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya”. Kemudian Rasulullah SAW datang kepada mereka dan bersabda, “Apakah kalian yang tadi mengatakan demikian dan demikian ?. Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah diantara kalian, dan orang yang paling bertaqwa kepada Allah diantara kalian. Sedangkan aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan aku mengawini wanita. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku, bukanlah dari golonganku. [HR. Bukhari, dan lafadh ini baginya, Muslim dan lainnya]
عَنْ اَنَسٍ  اَنَّ نَفَرًا مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ ص قَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ اَتَزَوَّجُ. وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: اُصَلِّى وَ لاَ اَنَامُ. وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: اَصُوْمُ وَ لاَ اُفْطِرُ، فَبَلَغَ ذلِكَ النَّبِيَّ ص فَقَالَ: مَا بَالُ اَقْوَامٍ قَالُوْا كَذَا وَ كَذَا. لكِنّى اَصُوْمُ وَ اُفْطِرُ وَ اُصَلِّى وَ اَنَامُ وَ اَتَزَوَّجُ النّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنّى. احمد و البخارى و مسلم
Dan dari Anas, bahwasanya ada sebagian shahabat Nabi SAW yang berkata, “Aku tidak akan kawin”. Sebagian lagi berkata, “Aku akan shalat terus-menerus dan tidak akan tidur”. Dan sebagian lagi berkata, “Aku akan berpuasa terus-menerus”. Kemudian hal itu sampai kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda, “Bagaimanakah keadaan kaum itu, mereka mengatakan demikian dan demikian ?. Padahal aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan akupun mengawini wanita. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, bukanlah dari golonganku. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنْ قَتَادَةَ عَنِ اْلحَسَنِ عَنْ سَمُرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص نَهَى عَنِ التَّبَتُّلِ، وَ قَرَأَ قَتَادَةُ { وَ لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلاً مّنْ قَبْلِكَ وَ جَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّ ذُرّيَّةً. الرعد:38} الترمذى و ابن ماجه
Dari Qatadah dari Hasan dari Samurah, bahwa sesungguhnya Nabi SAW melarang membujang, dan Qatadah membaca ayat, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan”. (Ar-Ra’d : 38). [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]
عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ رَزَقَهُ اللهُ امْرَأَةً صَالِحَةً فَقَدْ اَعَانَهُ عَلَى شَطْرِ دِيْنِهِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِى الشَّطْرِ اْلبَاقِى. الطبرانى فى الاوسط و الحاكم. و قال الحاكم صحيح الاسناد
Dari Anas RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang Allah telah memberi rezqi kepadanya berupa istri yang shalihah, berarti Allah telah menolongnya pada separo agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah untuk separo sisanya. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath, dan Hakim. Hakim berkata, “Shahih sanadnya]
و فى رواية البيهقى، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا تَزَوَّجَ اْلعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّيْنِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِى النِّصْفِ اْلبَاقِى.
Dan dalam riwayat Baihaqi disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba telah menikah, berarti dia telah menyempurnakan separo agamanya, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah pada separo sisanya.

Makna Tabarruj lebih umum dari kata Sufur

Makna Tabarruj lebih umum dari kata Sufur. Kata sufur digunakan lebih khusus, yaitu menyingkap penutup wajah. Sedangkan makna kata tabarruj adalah menyingkap sebagian badan wanita atau memperlihatkan perhiasannya yang semestinya tertutup bagi pandangan laki-laki yang bukan muhrimnya.
Lebih jelasnya, tabarruj berarti menampakkan, yaitu menampakkan sebagian badan atau perhiasannya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tabarruj berasal dari wanita yang tampak karena kemegahannya, karena kata buruj artinya qushur (istana-istana), seperti yang tersebut dalam al-Qur'an:
وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”, (QS. an-Nisa': 78).
Burju al Mar'ah maksudnya adalah rumahnya, seperti yang difirmankan Allah Ta’ala berkenaan dengan hak wanita:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَتَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى
”Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu” (QS. al-Ahzab: 33).
Istana disebut dengan burj karena luasnya, diambil dari kata al Baraj yaitu kelapangan, seperti doa sebagian orang:

Makna Tauhid

Tauhid secara bahasa merupakan mashdar (kata benda dari kata kerja, ed) dari kata wahhada. Jika dikatakan wahhada syai’a artinya menjadikan sesuatu itu satu. Sedangkan menurut syariat berarti mengesakan Allah dalam sesuatu yang merupakan kekhususan bagi-Nya berupa rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat ( Al-Qaulul Mufiiid Syarh Kitabi At-Tauhid  I/7).
Kata tauhid sendiri merupakan kata yang terdapat dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu,Engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maka jadikanlah materi dakwah yang kamu sampaikan pertama kali adalah agar mereka mentauhidkan Allah”. Demikan juga dalam perkataan sahabat Nabi, “Rasulullah bertahlil dengan tauhid”. Dalam ucapan beliau labbaika Allahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbaika, ucapan talbiyah yang diucapkan ketika memulai ibadah haji. Dengan demikian kata tauhid adalah kata syar’i dan terdapat dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh 63).

Pembagian Tauhid dalam Al Qur’an   

Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah dalam Al Qur’an:
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65).
Perhatikan ayat di atas:
(1). Dalam firman-Nya (رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ) (Rabb (yang menguasai) langit dan bumi) merupakan penetapan tauhid rububiyah.
(2). Dalam firman-Nya (فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ) (maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan tauhid uluhiyah.
(3). Dan dalam firman-Nya (هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً) (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid asma’ wa shifat.
Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:
  1. Tauhid rububiyah. Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:
    أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
    “Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Al- A’raf: 54).
  2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman:
    ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ
    ”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batil” (Luqman: 30).
  3. Tauhid asma’ wa shifat. Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian. Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
    لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
    ”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-Qaulul Mufiiid  I/7-10).
Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu tauhid dalam ma’rifat wal itsbat (pengenalan dan penetapan) dan tauhid fii thalab wal qasd (tauhid dalam tujuan ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat termasuk golongan yang pertama sedangkan tauhid uluhiyah adalah golongan yang kedua (Lihat Fathul Majid 18).
Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas merupakan hasil penelitian para ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga pembagian tersebut bukan termasuk bid’ah karena memiliki landasan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kaitan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah

Antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Tauhid rububiyah mengkonsekuensikan tauhid uluhiyah. Maksudnya pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyah mengharuskan pengakuannya terhadap tauhid uluhiyah. Barangsiapa yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhannya yang menciptakannya dan mengatur segala urusannya, maka dia harus beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan tauhid uluhiyah terkandung di dalamnya tauhid rububiyah. Maksudnya, tauhid rububiyah termasuk bagian dari tauhid uluhiyah. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya, pasti dia meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan penciptanya. Hal ini sebagaimana perkatan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam:
قَالَ أَفَرَءَيْتُم مَّاكُنتُمْ تَعْبُدُونَ {75} أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمُ اْلأَقْدَمُونَ {76} فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلاَّرَبَّ الْعَالَمِينَ {77} الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ {78} وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ {79} وَإِذَامَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ {80} وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ {81} وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ {82}
“Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah (75), kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? (76), karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam (77), (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku (78), dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku (79), dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkanku (80), dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali) (81), dan Yang amat aku inginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat (82)” (Asy- Syu’araa’: 75-82).
Tauhid rububiyah dan uluhiyah terkadang disebutkan bersamaan, maka ketika itu maknanya berbeda, karena pada asalnya ketika ada dua kalimat yang disebutkan secara bersamaan dengan kata sambung menunjukkan dua hal yang berbeda. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ {1} مَلِكِ النَّاسِ {2} إِلَهِ النَّاسِ {3}
“Katakanlah;” Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia (1). Raja manusia (2). Sesembahan manusia (3)” (An-Naas: 1-3).
Makna Rabb dalam ayat ini adalah raja yang mengatur manusia, sedangkan makna Ilaah adalah sesembahan satu-satunya yang berhak untuk disembah.
Terkadang tauhid uluhiyah atau rububiyah disebut sendiri tanpa bergandengan. Maka ketika disebutkan salah satunya mencakup makna keduanya. Contohnya pada ucapan malaikat maut kepada mayit di kubur: “Siapa Rabbmu?”, yang maknanya adalah: “Siapakah penciptamu dan sesembahanmu?” Hal ini juga sebagaimanan firman Allah:
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلآَّ أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللهُ
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: ”Tuhan (Rabb) kami hanyalah Allah” (Al-Hajj: 40).
قُلْ أَغَيْرَ اللهِ أَبْغِي رَبًّا
“Katakanlah:”Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah” (Al-An’am: 164).
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqamah” (Fushshilat: 30). Penyebutan rububiyah dalam ayat-ayat di atas mengandung makna uluhiyah  ( Lihat Al Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad 27-28).

Isi Al-Qur’an Semuanya Tentang Tauhid

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa isi Al-Qur’an semuanya adalah tentang tauhid. Maksudnya karena isi Al-Qur’an menjelaskan hal-hal berikut:
  1. Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan perkataan-Nya. Ini adalah termasuk tauhidul ‘ilmi al khabari (termasuk di dalamnya tauhid rububiyah dan asma’ wa shifat).
  2. Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya. Ini adalah tauhidul iraadi at thalabi (tauhid uluhiyah).
  3. Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan menjauhi larangan. Hal-hal tersebut merupakan huquuqut tauhid wa mukammilatuhu (hak-hak tauhid dan penyempurna tauhid).
  4. Berita tentang kemuliaan orang yang bertauhid, tentang balasan kemuliaan di dunia dan balasan kemuliaan di akhirat. Ini termasuk jazaa’ut tauhid (balasan bagi ahli tauhid).
  5. Berita tentang orang-orang musyrik, tentang balasan berupa siksa di dunia dan balasan azab di akhirat. Ini termasuk balasan bagi yang menyelisihi hukum tauhid.
Dengan demikian, Al-Qur’an seluruhnya berisi tentang tauhid, hak-haknya dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang kebalikan dari tauhid yaitu syirik, tentang orang-orang musyrik, dan balasan bagi mereka (Lihat  Fathul Majid 19).
Demikianlah sekelumit pembahasan tentang pembagian tauhid. Semoga Allah Ta’ala senantiasa meneguhkan kita di atas jalan tauhid untuk mempelajarinya, mengamalkannya, dan mendakwahkannya.

Ciri – Ciri Orang yang Menggunakan Otak Kanan atau Otak Kiri

Ini termasuk hal seperti Saya, yang lebih dominan menggunakan Tangan Kiri untuk beraktifitas.
Jika ya, Anda tidak perlu khawatir sebab jumlah golongan kidal (left handed) mencapai puluhan juta orang di dunia.
Untuk memahami mengapa orang menjadi left handed kita perlu mengetahui fungsi otak (brain / hemisphere). Otak manusia sebenarnya terbagi dua bagian, otak kanan dan otak kiri. Otak kiri pada kebanyakan right handers berfungsi sebagai pusat syaraf yang mengontrol penggunaan bahasa dan logika, sedang otak kanannya berfungsi mengendalikan kelima senses: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan perasa.
Otak kiri mengontrol bagian kanan tubuh dan otak kanan mengontrol bagian kiri tubuh. Namun kedua sisi tubuh menerima informasi yang sama dari otak. Jika informasi lebih kuat dari otak kiri maka seseorang akan cenderung menjadi right hander, dan bila informasi lebih kuat dari otak kanan maka seseorang akan cenderung menjadi left hander.
Menurut penelitian 40% orang kidal memiliki pusat kontrol terhadap bahasa pada otak kanan, selebihnya, yaitu 60% orang kidal menggunakan otak kirinya atau dan kananya untuk mengontrol bahasa. Beberapa ciri lainorang kidal atai lefties adalah:
  • Pandai berimajinasi
  • Pandai atau suka menyelam
  • Cenderung menggunakaan tangan dan kaki kirinya untuk melaksanakan aktivitas
Ini berarti Tangan kiri menggunakan Otak Kanan dan Tangan Kanan menggunakan Otak Kiri.
Jadi Saya lebih cenderung menggunakan  Otak Kanan dong, Wah keren ya…hehehe….

Otak Kanan

Otak kanan menyimpan informasi secara simultan, secara global, melihat sesuatu sebagai gambaran luas, otak kanan akan kesulitan bila menyerap informasi sepotong-sepotong.

Adapun Ciri-ciri orang yang menggunakan Otak Kanan yaitu :

  1. Memilih kelas seni atau puisi daripada matematika atau sains
  2. Ingin bekerja bidang kreatif,sosial,penasihat,guru,dll
  3. Percaya pada kekuatan imajinasi
  4. Tidak suka hal-hal  yang memeras otak
  5. Menyukai buku novel atau non fiksi
  6. Bisa mengingat mimpi-mimpi dengan jelas
  7. Lebih suka menyewa DVD daripada berita
  8. Mudah mengerti makna foto dan gambar yang dilihat,daripada angka-angka
  9. Suka menggunakan perasaan dan feelling yang kuat untuk mengambil keputusan
  10. Tidak menyukai hal yang terstruktur
  11. Menggunakan intuisi dibandingkan dengan logika
  12. Senang berpetualang mampu menghasilkan gagasan dan ide-ide brilian
  13. Jenius dalam menanggapi setiap peluang dan kesempatan
  14. Entrepreneur yang sukses meskipun tidak sekolah tinggi
  15. Tidak kuper (sering bergaul, konyol, dan suka becanda)
  16. Menyukai sesuatu yang unik dan baru
  17. Suka berpetualang dan tantangan
  18. Suka kebebasan, Tidak suka terikat
Karakteristik Otak Kanan
Otak kanan bersifat global, acak, konkret, intuitif, non verbal, dan imajinatif. Orang yang memiliki otak kanan yang dominan biasanya menyukai gambar, presentasi yang melibatkan visualisasi, imajinasi, dan intuisi. Mereka kebanyakan lebih cepat mengenal wajah seseorang daripada namanya.
Gaya Komunikasi dengan Orang  yang “Ber-Otak  Kanan”
  • Imbangi pembicaraan mereka dengan ceria.
  • Berbicara topik-topik sosial, bukan eksak.
  • Gunakan kata-kata bernuansa humanistik dan sosial.
  • Jangan menyodorkan fakta dan data.
  • Gunakan kata-kata yang berkaitan dengan perasaan.
  • Berikan gambaran tentang sesuatu karena mereka dapat membayangkan dengan baik.
  • Pujilah mereka dan biasanya mereka akan sangat menyukainya.
  • Jangan bicarakan tentang sesuatu yang lampau karena itu hanyalah sebuah kenangan bagi mereka.
  • Jangan terlalu masuk ke persoalan mikro dan detil.
Cara mengoptimalkan Otak kanan yaitu :
  1. Belajar sempoa
  2. Buat Puisi
  3. Coba nyanyikan ulang lagu dari penyanyi kesayangnmu keras-keras, jangan malu 
  4. Tuliskan impianmu diatas kertas
  5. Menggambar pemandangan
  6. Belajar naik Sepeda
  7. Berenang
  8. Latihan Footsal
  9. main game
  10. Melamun
  11. Menyulam
  12. Menjahit
  13. Pokoknya yang berhubungan dengan kreatifitas, imajinasi dan khayalan

Otak Kiri

Otak kiri manusia menyimpan data secara berurutan dan sangat teratur, secara linear, bagian perbagian, otak kiri sangat sulit menyerap informasi secara global sekaligus, kecuali disajikan secara bertahap.

Adapun Ciri-ciri orang yang menggunakan Otak Kiri yaitu :

  1. Ingin bekerja sebagai dokter gigi,akuntan,penasihat keuangan,progamer,peneliti,teknisi, dsb
  2. Suka baca koran,majalah atau buku fiksi,tapi kurang suka dengan novel
  3. Tertarik dengan hal-hal mesin
  4. Lebih memilih jadi arsitek di bandingkan interior
  5. Pandai berbicara
  6. Merasa kesal kalau terlambat
  7. Memutuskan sesuatu berdasarkan fakta,,bkan berdasarkan perasaan
  8. Berpikir secara terstruktur
  9. Senang melakukan sesuatu hal yang pasti
  10. Penuh dengan aturan
  11. Menyukai hal Formal
  12. Berkomunikasi dengan baik
  13. Cara berpikir strategic
  14. Bukan sang pemimpi
  15. Enterprener yang sukses lewat perhitungan matang
  16. Lebih disiplin dalam segala hal
  17. Belajar terus jarang keluar kamar, urusan akademik melulu
  18. Bersifat tertutup, kurang bergaul (kuper)
  19. Tidak menyukai petualangan / tantangan
Gaya Komunikasi dengan Orang yang “Ber-Otak Kiri”
  • Berbicaralah seperlunya, Mereka tidak suka kata-kata yang berlebihan.
  •  Gunakan Sistematika berbicara yang memenuhi persyaratan : Pembukaan, isi dan penutup.
  • Sediakan fakta dan data secukupnya.
  • Pilih kata-kata yang sesuai dengan topik karena kata-kata ini akan menjadi bahan analisa mereka terhadap kecakapan  kita dalam bidang tertentu.
  • Jangan terlalu banyak menggunakan bahasa tubuh.
  •  Gunakan Kerangka berpikir alami.
  • Jangan terlalu ceria dalam menyampaikan sesuatu (namun tidak berarti anda harus cemberut atau sedih).
  • Beri mereka waktu untuk mencerna apa yang kita katakan.
  • Biarkan mereka menanggapi terlebih dahulu baru teruskan kalimat berikut